"Sebagai praktisi medis dan kesehatan masyarakat, kami memiliki kewajiban tidak hanya untuk mengantisipasi kebutuhan perawatan kesehatan baru tetapi juga untuk menjadi peserta aktif dalam membatasi penyebab krisis iklim.”
Kendati menyepakati Perjanjian Paris, rupanya usaha mengurangi emisi dan melestarikan alam belum sesuai rencana. Pihak editor jurnal mendesak tata masyarakat dan ekonomi, misalnya dengan dukungan desain ulang sistem transportasi, kota, produksi dan distribusi makanan, pasar untuk investasi keuangan, dan sistem kesehatan.
Investasi semacam itu akan menghasilkan manfaat positif yang sangat besar, termasuk pekerjaan berkualitas, pengurangna polusi udara, peningkatan aktivitas fisik untuk kebugaran, dan perbaikan perumahan dan pola makan, ungkap mereka.
Langkah ini juga meningkatkan kepastian sosial dan ekonomi kesehatan, terutama kelompok yang di bawah garis kemiskinan dan yang rentan akibat pagebluk COVID-19. Maka, negara-negara berpenghasilan tinggi harus berbuat jauh lebih banyak untuk mendukung seluruh dunia secara berkeadilan, dan mengurangi konsumsi sendiri.
Negara berpenghasilan tinggi harus berkomitmen untuk meningkatkan pendanaan iklim, yakni memenuhi komitmen tinggi untuk menyediakan USD 100 miliar per tahun, dan berfouks ganda pada mitigasi dan adaptasi, termasuk meningkatkan ketahanan sistem kesehatan.
Para editor menjelaskan, uang sebesar itu harus diberikan dalam bentuk hibah, bukan pinjaman, dan harus disertai dengan amnesti utang yang besar, yang membatasi pihak lain yang memakan dana untuk negara berpenghasilan rendah, demi menghindari kerusakan dan konsekuensi krisis lingkungan.
Baca Juga: Peringatan 14.000 Ilmuwan: Bumi Memburuk dengan Cepat, Ini Tandanya
"Sementara negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah secara historis berkontribusi lebih sedikit terhadap perubahan iklim, mereka menanggung beban dampak buruk yang luar biasa, termasuk pada kesehatan," ungkap Lukoye Atwoli, Editor-in-Chief East African Medical Journal.
"Oleh karena itu kami menyerukan kontribusi yang adil di mana negara-negara kaya di dunia berbuat lebih banyak untuk mengimbangi dampak tindakan mereka terhadap iklim, mulai sekarang, dan berlanjut ke masa depan."
Fione Godlee, Editor-in-Chief The BMJ menambahkan, "Para profesional kesehatan telah berada di garis depan krisis COVID-19. Dan mereka bersatu dalam peringatan bahwa suhu di atas 1,5 derajat Celsius dan membiarkan perusakan alam terus berlanjut akan membawwa krisis berikutnya yang lebih mematikan."
"Negara-negara yang lebih kaya harus bertindak lebih cepat dan berbuat lebih banyak untuk mendukung negara-negara yang sudah menderita akibat suhu yang lebih tinggi. 2021 harus menjadi tahun di mana dunia berubah arah--kesehatan kita bergantung padanya."
Baca Juga: Polemik Sci-Hub: Penolong atau Penghambat Perkembangan Sains Dunia?