Naskah Yahudi Kuno Pecahkan Teka-teki Fungsi Situs Qumran di Palestina

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 8 September 2021 | 15:00 WIB
Tak jauh dari Laut Mati di Tepi Barat, Palestina, situs arkeologi Qumran menyajikan kisah peninggalan umat Yahudi di masa lalu. (Pixabay)

Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa manuskrip itu dituliskan oleh para imam dari Kuil Ibrani Kedua Yerusalem, kemudian diangkut ke Qumran untuk disembunyikan di tempat yang aman dari Romawi. Isinya kebanyakan adalah potongan-potongan dari Perjanjian Lama, aturan ritual keagamaan, teks tentang persiapan akhir zaman, kalender, horoskop, dan lainnya.

Para ilmuwan lain juga meyakini, tempat itu bukanlah kediaman orang Eseni, tetapi komunitas yang berbeda, dan ada pula yang menyebutnya sebagai sebuah benteng kuno.

Daniel Vainstub, arkeolog Ben-Gurion University, baru-baru ini mengungkap fungsi situs kuno ini di masa lalu lewat penelitiannya berjudul The Covenant Renewal Ceremony as the Main Function of Qumran, yang dipublikasikan 27 Juli lalu di jurnal Religions.

Baca Juga: Perjamuan Terakhir Yesus Bersama Rasulnya Dilakukan dengan Lesehan

Salah satu naskah Geniza Kairo yang diarsipkan di University of Haifa, Israel. Catatan kuno ini membuka pandangan sejarah umat Yahudi di Timur Tengah dan Afrika utara dari abad ke-9 hingga 19 Masehi. (University of Haifa)

Dia mengungkap bahwa situs itu adalah adalah sebagai tempat upacara keagamaan kuno. Referensi yang menyebutkan fungsinya berasal dari dokumen abad pertengahan Genizah Kairo. Bukti ini juga diperkuat lantaran para arkeolog hanya menemukan sisa-sisa bangunan umum, tanpa ditemukan tempat tinggal pribadi, dan termasuk pemandian tempat ritual mikvah.

Genizah Kairo adalah adalah kumpulan dari sekitar 300.000 naskah Yahudi kuno yang ditemukan di Genizah atau gudang Sinagog Ben Ezra di Kairo Lama, Mesir. Naskah ini menggambarkan sejarah umat Yahudi Timur Tengah dan Afrika utara dari 870 Masehi hingga abad ke-19.

Naskah ini ditulis dalam bahasa Ibrani, Arab, dan Aram, dan kini sebagian diarsikpkan di Cambridge University dan University of Manchester, Inggris.

Baca Juga: Penyebab Kematian Nesyamun, Mumi 3.000 Tahun Bisa Berbicara