Nationalgeographic.co.id—Reruntuhan Neapolis, kota kuno Romawi yang tenggelam karena tsunami, berhasil ditemukan oleh para arkeolog bawah air. Berdasarkan temuan mereka sejauh ini, para peneliti mengkonfirmasi bahwa tsunami telah melanda daerah itu pada abad ke-4 Masehi.
Penemuan ini adalah buah dari upaya pencarian selama hampir satu dekade. Phys.org melaporkan bahwa reruntuhan kota yang luas itu ditemukan di lepas pantai Nabeul, di timur laut Tunisia.
Kota terendam ini membentang lebih dari 20 hektare. Karena beberapa reruntuhan Neapolis tetap berada di atas permukaan tanah dan ini adalah sebuah petunjuk besar, para arkeolog bawah laut telah mencari wilayah tersebut selama tujuh tahun terakhir dengan harapan menemukan sisa reruntuhan lainnya di bawah laut di dekatnya.
Cuaca yang menguntungkan memungkinkan mereka untuk akhirnya mencapai tujuan itu musim panas 2017 lalu. Berdasarkan hasil penyelidikan bawah laut yang dilakukan di situs tersebut, para peneliti menegaskan Neapolis sebagian tenggelam oleh tsunami pada 21 Juli 365 Masehi.
Tsunami pada tahun itu memang tercatat pernah juga merusak Alexandria di Mesir dan Pulau Kreta Yunani. Temuan kota kuno Neapolis ini sekaligus menegaskan sebuah catatan yang dicatat oleh Ammien Marcellin, tentara sekaligus sejarawan Romawi, atas bencana alam tersebut.
Di kota yang terendam tersebut, para peneliti menemukan monumen, jalan, dan sekitar 100 tangki yang digunakan dalam produksi bumbu ikan fermentasi yang dikenal sebagai garum. Mereka menyimpulkan bahwa Neapolis kemungkinan dulunya memegang monopoli atas makanan fermentasi Romawi tersebut.
Baca Juga: Temuan Gagang Kunci di Inggris Gambarkan Kekejaman Kekaisaran Romawi
"Penemuan ini memungkinkan kami untuk menetapkan dengan pasti bahwa Neapolis adalah pusat utama pembuatan garum dan ikan asin, mungkin pusat terbesar di dunia Romawi. Mungkin para bangsawan Neapolis berhutang kekayaan pada garum tersebut," ujar Mounir Fantar, kepala misi arkeologi Tunisia-Italia yang menyelidiki reruntuhan kota kuno tersebut, sebagaimana dilansir Ancient Origins.
"Saat Romawi berkembang dan menjadi lebih makmur, makanan menjadi lebih beragam. Orang-orang Romawi mengenal makanan dan metode-metode memasak dari provinsi-provinsi," papar Vistor Labate, pemerhati sejarah Romawi.
"Cena (makanan utama dalam budaya Romawi kuno), yang awalnya hanya terdiri dari satu hidangan, berkembang menjadi dua hidangan selama masa Republik: hidangan utama dan hidangan penutup yang disajikan dengan buah atau makanan laut. Pada akhir Republik, makanan itu berkembang menjadi tiga hidangan: hidangan pembuka (gustio), hidangan utama (primae mensae) dan hidangan penutup (secundae mensae)."
Baca Juga: Makanan Penutup Tertua Berusia 10.000 Tahun Ditemukan di Gua Bursa
Namun Labate menulis bahwa tidak semua orang bisa makan seperti itu. Menurutnya, kelas sosial pasti memainkan peran dalam makanan yang tersedia untuk masing-masing individu.
"Orang-orang Romawi biasa tidak mampu makan daging dan makanan eksotis yang mahal dari provinsi-provinsi tersebut. Mereka sering makan bubur yang terbuat dari emmer, garam, lemak, dan air (puls) dengan roti yang diberi sedikit garam," jelas Labate lagi.
"Orang-orang Romawi yang lebih kaya makan bubur yang sama tetapi menambahkan sayuran cincang, daging, keju, dan berbagai bumbu ke dalamnya. Roti adalah makanan pokok di Romawi kuno yang sering dimakan dengan madu, zaitun, keju atau telur," tuturnya dengan menambahkan bahwa orang-orang Romawi juga mencelupkan roti mereka ke dalam anggur.
Baca Juga: Hasil Studi Pola Makan Penduduk Kota Kuno Herculaneum, Italia
Adapun terkait garum yang ditemukan di Neapolis ini, Pompeii Food and Drink pernah menjelasakan bahwa makanan itu dibuat dengan menghancurkan dan memfermentasi isi perut ikan seperti tuna, belut, teri, dan makarel ke dalam air garam.
"Karena produksi garum menimbulkan bau yang tidak sedap, sisa fermentasinya dibuang ke pinggiran kota. Produk jadinya cukup lembut dan halus, dan dicampur dengan anggur, cuka, merica, minyak, atau air untuk meningkatkan cita rasa banyak hidangan," tulis Pompeii Food and Drink.
Yang menarik, garum mirip dengan saus ikan yang digunakan saat ini dalam masakan Thailand dan Vietnam. Dengan semakim banyaknya restauran makanan Thailand dan Vietnam di berbagai negara di dunia, mungkin cita rasa garum ini akan menjadi selera yang akan kembali digemari masyarakat modern juga.