Pemberian nama itulah yang diprotes Singapura karena dianggap akan melukai rakyat Singapura, terutama para korban peledakkan bom yang dilakukan oleh kedua prajurit bersama seorang sukarelawan sipil bernama Gani bin Aroeb.
Aksi peledakkan di Hotel MD ini menewaskan dan melukai puluhan orang. Singapura menganggap Usman dan Harun sebagai penjahat, teroris. Sebaliknya rakat Indonesia menganggap kedua aprajurit KKO itu sebagai pahlawan karena mereka mati sahid dalam menjalankan tugas negara.
Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menganggap masalah ini sebagai sesuatu yang nilainya kecil dan hanya sebagai catatan karena masalah ini merupakan urusan internal.
Siapa Usman-Harun?
Siapa sebenarnya Usman-Harun? Kenapa Singapura tiba-tiba begitu alergi dengan kedua sosok prajurit KKO AL yang nota bene Singapura pulalah yang menghukum mati mereka.
Usman-Harun dan Gani bersama puluhan sukarelawan adalah bagian terkecil dari ribuan sukarelawan yang siap diterjunkan ke medan konfrontasi ganyang Malaysia yang akan membentuk Negara Federasi Malaysia terdiri dari Malaysia, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunei.
Bung Karno menilai keberadaan negara federasi yang disponsori dan bentukan neo-kolonialislme Inggris akan membahayakan Indonesia.
Usman-Harun adalah sukarelawan pertama yang diberangkatkan ke lokasi/strategis yang letaknya paling dekat dengan Singapura yakni Pulau Sambu di wilayah Kepulauan Riau. Mereka diberangkatkan menggunakan sebuah kapal meriam (gunboat). Sementara sukarelawan lainnya diberangkatkan ke Kalimantan Utara yang berbatasan dengan Malaysia.
Pengiriman Sukwan Dwikora ke Kalimantan Utara telah menginspirasi P. Dhede untuk mencipta sebuah lagu yang sangat populair pada masanya. Judul lagu tersebut adalah "Keheningan Malam". Lagu ini lebih dikenal dengan judul "Kalimantan Utara" yang dinyanyikan Anna Manthovani dan populer di era tahun 1964-1970an.
Pada bait terakhir P Dhede memanjaatkan doa bagi para pahlawan yang tengah melaksanakan tugas negara di Kalimantan Utara. Syairnya seperti ini .. Oh Tuhan Yang Kuasa/ Oh lindungilah dia/Pahlawanku di rimba raya.../Kalimantan Utara (mudah-mudahan penafsiran saya terhadap lagu itu tidak keliru).
Meski sama-sama sebagai prajurit KKO, Usman alias Djanatin bin Haji Mochammad dan Harun alias Tohir bin Said tidak saling kenal. Mereka berdua saling kenal saat bertemu di Pulau Sambu.
Selain sukarelawan yang dikirim ke Sambu, KKO AL juga mengirim pasukan yang bergabung dalam Brigade Pendarat. Di pulau kecil ini Usman dan Harun bertemu dan berkenalan dengan Gani alias Aroeb seorang Sukwan sipil yang kemudian bergabung menjadi satu tim. Mereka kemudian ditempatkan di Pulau Layang.