Pergulatan Filsuf Bertrand Russell Atas Kritiknya Terhadap Tuhan

By Galih Pranata, Selasa, 19 Oktober 2021 | 12:00 WIB
'Konsep mendasar dalam ilmu sosial adalah kekuatan, dalam pengertian yang sama di mana energi adalah konsep dasar dalam fisika,' demikian ungkap Bertrand Russel. (Freewillibrary)

Nurcholis Madjid turut mengkritisi Russell, dalam perspektifnya sebagai intelektual muslim Indonesia. Baginya, Russell yang hanya mengandalkan akal adalah kegagalan dalam membuktikan eksistensi Tuhan.

"Persoalan ateisme ialah persoalan kecongkakan manusia yang hendak mengandalkan dirinya sendiri (melalui akal dan ilmu pengetahuannya) untuk memahami Tuhan," tulis Nurcholis Madjid dalam bukunya.

Ia menulis tentang pandangannya dalam mengkritisi kritik Russell terhadap eksistensi Tuhan, pada bukunya yang berjudul Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah, yang diterbitkan pada 1995.

Baca Juga: Filsuf Kontemporer Abad 21: Humor dan Filsafat Ala Slavoj Žižek

Bertrand Russell, ilmuwan dan akademisi sohor yang menganggap dirinya agnostik dan anti-teisme. (Aeon)

"Akal manusia modern bersifat a priori yang membatasi diri hanya kepada hal-hal empiris saja," tambahnya. Menurutnya, Russell adalah seorang ateis yang sengit dan radikal. "Russell menyatakan bahwa Tuhan itu tidak ada, padahal sebenarnya dia enggan membuktikannya saja," imbuh Madjid.

Nurcholis menegaskan bahwa Russell terbuai nafsunya, memandang secara subyektif bahwa Tuhan tidak ada. "Kebenaram atau kesalahan dalam kacamata 'subjektivisme' hanyalah soal kepentingan dan keinginan manusia belaka," lanjutnya.

Ada pula fungsi akal, dapat juga berfungsi sebagai penghalang hidayah dari Tuhan. "Kecenderungan manusia modern dengan selalu berpikir secara ilmiah, bisa berpotensi menghalangi cahaya ilahiyyah (Tuhan) yang hadir dalam sanubari manusia," tambah Nurcholis Madjid.

"Menurut para ahli sufi, hanya keikhlasan hati yang dapat membuka jalan-jalan masuknya hidayah. Dari sana, manusia akan mendapatkan kebenaran dan esensinya sebagai bagian dari makhluk Tuhan," pungkasnya.

Baca Juga: Hipotesa Simulasi, dari Filsafat hingga Teknologi Algoritma Fisika