Menurut Sunarno (79), penghuni Asrama Depo Indah di kompleks perkeretaapian awal itu, tahun 1985 ada peresmian Pelabuhan Tanjung Emas. Lokasinya 2-3 kilometer dari kompleks perkeretaapian Stasiun Samarang. "sejak itu sering banjir. Permukaan tanah turun sehingga harus kami uruk setiap tahun," kata dia, yang tinggal di sana sejak tahun 1981.
Dosen Unika Soegijapranata yang juga anggota Dewa Pertimbangan Pembangunan Kota Semarang, Djoko Setijowarno, menambahkan, laju penurunan tanah yang kian cepat memang masuk akal. Pelabuhan baru dipenuhi perusahaan-perusahaan besar yang menyedot air tanah.
"Dampaknya penurunan tanah di sekitarnya, termasuk di Asrama Depo Indah yang hanya berjarak sekitar 3 kilometer ini," kata dia.
Lima bangunan penting
Kompleks Stasiun Samarang awalnya punya lima bangunan penting, meliputi personenstation (stasiun penumpang), goederen-station (stasiun barang), vaart van het station (stasiun kanal), werkplaatsen (bengkel atau balai yasa), dan station chef (rumah dinas kepala stasiun).
"Kelima bangunan itu sekarang sulit ditelusuri bentuk aslinya. Selain konstruksi bangunannya banyak hilang dan tanah ambles, genangan rob menjadikan rawa-rawa," kata Tjahjono.
Amblesan tanah diperkirakan tiga meter. Melalui penggalian, bangunan asli masih mungkin ditemukan. Setidaknya fondasi bangunan aslinya.
Dulu. Lanjut Tjahjono, pada bangunan penting Stasiun Samarang sebelum stasiun penumpang berupa bangunan berbentuk huruf U terdapat simpang rel ke utara menuju stasiun kanal. Di sana, kereta api mendistribusikan barang ke kapal. Bahan ekspor penting saat itu antara lain kayu jati, gula, kopi, dan hasil kebun.
Stasiun barang berada di simpang lain dari jalur menuju stasiun kanal. Barang-barang yang belum siap dikapalkan ditampung di stasiun barang. Lalu, di sebelah stasiun penumpang terdapat depo/bengkel kereta api.
Kini, bengkel itu disebut balai yasa. Bangunan bala yasa paling besar dan berbentuk huruf E. Jejaknya sekarang terbenam tanah dan tertutup rawa.
Analisis peta kuno
Peta-peta kuno dari Koninklijk Instituut voor de Tropen (KIT/Royal Tropical Institute), Amsterdam, Belanda, berkisah banyak tentang perkembangan kompleks Stasiun Samarang di pinggir Pelabuhan Tanjung Emas sekarang. Peta tahun 1867, ketika Stasiun Samarang diresmikan, menunjukkan jalur rel sederahana yang menghubungkan stasiun penumpang, stasiun kanal, stasiun barang, dan balai yasa. Jalur rel ke timur menghubungkan Stasiun Samarang ke Tanggung.