Sejarah Mencatat, Belanda Pernah Berhubungan Baik Dengan Jepang

By Galih Pranata, Minggu, 12 September 2021 | 08:00 WIB
Siebold (Belanda) dan kekasih Jepangnya beserta putranya dalam bingkai lukisan yang berlatar belakang Kota Nagasaki. (Kawahara Keiga)

Nationalgeographic.co.id—Jepang berhasil mengusir para serdadu Belanda untuk angkat kaki dari Indonesia pada 1942. Sebelum berseteru dalam merebutkan kekuasaan di Hindia-Belanda (sekarang Indonesia), Belanda dan Jepang ternyata pernah bertemu, serta membangun hubungan yang baik.

Secara teknis, Portugis adalah negara yang pertama kali melakukan kontak dengan Jepang, tetapi hubungannya tak sebaik hubungan antara Jepang dengan Belanda yang terbukti langgeng.

Kapal pertama yang datang ke Jepang dari Rotterdam, Belanda, pada tahun 1598. Kapal tersebut diduga berlayar bersama empat kapal lainnya yang semuanya tenggelam dalam perjalanan. tiba di Jepang pada tanggal 19 April 1600.

Kapal yang akrab dipanggil Liefde itu, berlabuh di pelabuhan Sashifu. Penampilannya yang aneh menarik perhatian orang Jepang, terutama pemimpin militer mereka, Shogun Tokugawa.

Kapal itu memiliki meriam besar, panah api, dan banyak senapan, yang siap untuk diambil oleh Jepang. Seluruhnya diambil, termasuk orang Inggris William Adams dan orang Belanda Jan Joosten van Lodensteyn yang ada di dalamnya.

Vlad Moca-Grama dalam artikelnya berjudul Van hier tot Tokio: a history of Dutch-Japanese relations, dipublikasi pada 2013 yang menceritakan tentang awal mula kedatangan bangsa Eropa ke Jepang, hingga akhirnya menjalin hubungan baik di antaranya.

Baca Juga: Kutukan Pedang Samurai Muramasa: Menakutkan Sekaligus Dipuja

"Kedua pria itu diinterogasi dengan bantuan seorang penerjemah Portugis. Namun, komentar cerdas dengan cepat memenangkan mereka atas Shogun, yang pada akhirnya, Shogun mengundang mereka ke pengadilan untuk mengajarkan berbagai keterampilan mulai dari kartografi, perang, hingga pembuatan kapal," tulisnya.

Moca-Grama dalam tulisannya, ia menambahkan, "Mereka kemudian diberi tanah dan hak milik untuk menetap dengan perempuan setempat." Dari sanalah Jepang meletakkan dasar hubungan yang baik dengan Belanda.

Di satu sisi, Shogun juga tidak menyukai Portugis, yang datang tidak hanya dengan perdagangan tetapi juga dengan misionaris yang berkeliling menyebarkan ajaran Injil (sebuah langkah yang ternyata sangat tidak populer di kalangan Shogun). 

Dengan demikian, Belanda, dengan nilai-nilai Protestan rasional mereka, yang menginginkan tidak lebih dari perdagangan klasik yang baik, terbukti menjadi pilihan yang jauh lebih tepat sebagai mitra dagang jangka panjang bagi Jepang.

VOC yang didirikan pada 20 Maret 1602 di wilayah Hindia-Belanda, kemudian berhasil memperoleh izin berdagang dari Shogun dengan semua pelabuhan pelayaran Jepang dan membuka pos dagang pertama di Hirado, pada 1609.

Periode perdagangan awal ini tidak terlalu menguntungkan bagi Belanda karena mereka belum memiliki banyak pos perdagangan VOC yang nantinya akan mereka dirikan. Persaingan dengan Portugis juga berarti bahwa konflik sudah di depan mata.

Baca Juga: Kekayaan Google atau Apple, Tidak Mampu Menandingi Kekayaan VOC

"Shogun tampak tidak senang dengan pertempuran antara dua kekuatan asing ini dan mulai secara bertahap membatasi akses dan perdagangan" tambah Moca-Grama. Jepang memutuskan untuk membangun sebuah pulau yang disebut Dejima, khusus untuk Portugis dalam membatasi akses mereka ke negara itu.

Dilansir dari Encyclopedia Britannica dalam artikelnya yang berjudul Shimabara Rebellion, tahun 2021, menyebutkan bahwa, Portugis tidak bertahan lama dan diusir dari Jepang karena kecurigaan bahwa mereka mendukung pemberontak Kristen selama pemberontakan Shimabara.

Lukisan yang menggambarkan rasa penasarannya orang Jepang dengan keberadaan orang-orang Belanda di Dejima. (Volkenkunde /Wikimedia Commons)

Selama 200 tahun berikutnya, antara 1641 dan 1853, Belanda menjadi satu-satunya kekuatan Barat yang diizinkan untuk berdagang dan bermitra dengan Jepang. Hal ini lantas menjadi pintu gerbang dunia luar bagi Jepang. Setiap tahun, orang Belanda mengunjungi Shogun, membawa berita internasional dan berbagai jenis barang baru sebagai hadiah.

Seorang dokter Eropa yang terkenal pada saat itu adalah Caspar Schamberger, merupakan ahli kelahiran Jerman, yang membawa pengetahuan tentang perawatan, obat-obatan, dan buku-buku medis bagi Jepang.

Baca Juga: Pertempuran Tarakan, Jejak Mengusir Jepang di Akhir Perang Dunia II

Beragam cerita manis membungkus kisah harmonis Belanda di Jepang. Sayang, semua menjadi berubah setelah meletusnya Perang Dunia II. Belanda berada di seberang Jepang dalam hal pertempuran. Maka, pada 8 Desember 1941, Belanda mendeklarasikan perang terhadap Jepang. Ini juga menandai perebutan kekuasaan atas Indonesia.

Pascaperang yang berkecamuk, Belanda tidak lagi memiliki tempat khusus di Jepang, dan perang membuat keadaan semakin memburuk. Meski begitu, dalam beberapa dekade setelah perang, kedua negara tersebut, secara perlahan menemukan jalan untuk kembali satu sama lain.