Secara etimologis, kata earworm berasal dari istilah Jerman, yakni "ohrwurm" yang berarti cacing telinga. Ahli saraf Oliver Sack, dalam bukunya yang berjudul Musicophilia, mengungkapkan bahwa earworm merupakan tanda sensitivitas otak kita yang luar biasa terhadap musik.
Keberadaan earworm juga menunjukkan bahwa ada bagian dari pikiran kita yang jelas berada di luar kontrol kita. Earworm datang tanpa permisi dan menolak untuk meninggalkan kepala kita, meskipun kita berusaha mengusirnya.
Sebenarnya, kondisi apa yang memicu terjadinya earworm?
Beberapa studi yang berbeda setidaknya memiliki beberapa jawaban. Pertama-tama, secara umum earworm tampaknya memiliki beberapa karakteristik yang sama, menurut temuan para peneliti.
Musik yang menjadi earworm adalah lagu-lagu yang sering Anda dengar. Lagu-lagu itu memiliki catatan berulang atau interval waktu yang tidak terduga. Selain itu, lagu-lagu tersebut juga memiliki ritme dan pola nada yang khas.
"Kesimpulan keseluruhan adalah bahwa lagu tersebut harus cukup sederhana agar dapat diingat secara spontan, tetapi juga memiliki sesuatu yang sedikit unik yang membuat otak ingin mengulanginya berulang-ulang," ujar Kelly Jakubowski, peneliti postdoctoral di Departemen Musik di Durham University di Inggris, seperti dikutip dari Live Science.
Baca Juga: Perang Dunia Pertama Memicu Berkembangnya Musik Jazz Pertama di Eropa
Para ilmuwan terkadang menyebut earworm sebagai "citra musik yang tidak disengaja," atau "involuntary musical imagery'" (INMI). Sebuah studi tahun 2012 yang diterbitkan dalam jurnal Psychology of Music menemukan bahwa sekitar 90 persen pengguna internet Finlandia melaporkan bahwa sebuah lagu terjebak di kepala mereka setidaknya sekali seminggu.
Semakin banyak lagu atau musik yang didengarkan oleh seseorang, semakin banyak earworm yang mungkin mereka alami, menurut penelitian tersebut. Hasil tersebut juga didukung oleh survei-survei lainnya.
Selain itu, menurut sebuah penelitian tahun 2010, orang-orang lebih cenderung terkena earworm ketika mereka melakukan sesuatu yang rutin, seperti jogging atau melakukan pekerjaan rumah tangga.
Secara rinci, dalam studi yang diterbitkan di jurnal Psychology of Music, para peneliti menjabarkan beberapa penyebab munculnya earworm.
Pertama, paparan berulang. Musik yang kita dengar berulang-ulang seringkali menimbulkan earworm. Dalam pengulangan, musik memang berbeda dengan hal lain, seperti pagar misalnya. Meski berulang kali melihat pagar yang sama, namun sudut pandang Anda ataupun pencahayaan tak selalu sama.
Berbeda dengan musik. Tiap kali kita memutar lagu yang sama, suara yang terdengar akan selalu identik. Proses mengingat kita sangat dipengaruhi oleh pengulangan. Jadi bisa saja kita mengalami earworm lagu yang sebenarnya tidak kita sukai, hanya karena teman sekantor memutar lagu itu berulang-ulang setiap hari.
Baca Juga: WR Supratman dan Kisah Asmaranya di Balik Lagu Indonesia Raya