Earworm: Saat Lagu Terngiang di Kepala meski Kita Tak Menyukainya

By Utomo Priyambodo, Kamis, 16 September 2021 | 13:00 WIB
Sukarno menutup telinganya, ilustrasi tak mau mendengarkan lagu tertentu. (Seventh News Service)

Selain paparan musik yang berulang, banyak ingatan tentang suatu peristiwa yang memicu timbulnya earworm. Misalnya, kembali ke suatu tempat yang menjadi lokasi kita mendengarkan sebuah lagu untuk pertama kalinya, bisa menghadirkan ingatan yang jelas tentang lagu itu. Sebagai contoh, karena ingatan masa kecil, setiap melihat kereta api, lagu "Naik Kereta Api" langsung berdendang di dalam kepala kita.

Di samping itu, suasana hati tertentu juga bisa memicu terjadinya earworm. Misalnya ketika hujan turun dan suasana berubah sendu, lagu-lagu mellow yang pernah menemani masa-masa ketika kita patah hati tiba-tiba bergaung dan akhirnya terjebak di dalam kepala.

Sebagian orang mungkin tak bermasalah dengan keberadaan earworm. Namun ada juga orang yang muak dan frustasi karena satu lagu tertentu terus saja "menari-nari" di kepala mereka.

Karena earworm terjadi secara tidak disengaja, sulit untuk menyingkirkannya dengan sengaja. Dalam sebuh studi earworm tahun 2010 yang diterbitkan dalam British Journal of Psychology, para peneliti meminta selusin orang untuk merekam episode earworm mereka dalam buku harian dan menemukan bahwa semakin banyak orang mencoba secara sadar untuk menyingkirkan earworm, semakin lama lagu tersebut tetap melekat di telinga dan kepala mereka.

Baca Juga: Populer Sebagai Lagu Daerah, Apa Makna di Balik Lagu Ayam Den Lapeh?

Tiap kali kita memutar lagu yang sama, suara yang terdengar akan selalu identik. Proses mengingat kita sangat dipengaruhi oleh pengulangan. (Thinkstock)

Proses berpikir tentang earworm untuk mencoba menghalaunya kemungkinan hanya membuat otak tetap segar mengingatnya, tulis para peneliti. Namun, mereka menambahkan bahwa mungkin juga lagu-lagu yang paling lengket dan menjengkelkan adalah lagu-lagu yang coba dihilangkan oleh orang-orang, dan bahwa lagu-lagu itu entah bagaimana kurang bisa dibuang daripada lagu-lagu yang dengan senang hati disenandungkan oleh orang-orang.

Menyuruh otak untuk berhenti memutar lagu yang menjadi earworm merupakan hal yang sia-sia belaka karena bagian otak yang mengaturnya berada di luar kendali kita. Salah satu cara untuk mengatasi earworm, menurut orang yang pernah mengalaminya dan berhasil terlepas darinya, adalah dengan menyanyikan lagu itu hingga tuntas.

Namun jika cara itu tidak berhasil juga, cobalah untuk melakukan sesuatu yang menyibukkan pikiran dan tak terkait dengan lagu tersebut.

Yang jelas, adalah sebuah keniscayaan bagi orang-orang yang pernah mendengarkan musik atau lagu, apalagi sampai berulang-ulang, akan mengalami earworm. Entah earworm tersebut adalah dari lagu yang mereka sukai maupun tidak.

Baca Juga: Apa Salah Musik-Musik Barat Seperti The Beatles di Telinga Sukarno?