Earworm: Saat Lagu Terngiang di Kepala meski Kita Tak Menyukainya

By Utomo Priyambodo, Kamis, 16 September 2021 | 13:00 WIB
Sukarno menutup telinganya, ilustrasi tak mau mendengarkan lagu tertentu. (Seventh News Service)

Nationalgeographic.co.id"Nissa Sabyan, I love you so much... Nissa Sabyan, tetap semangat..."

Mungkin Anda tidak menyukai lagu yang dibuat oleh Aldi Taher itu. Namun, jika Anda pernah tak sengaja mendengar lagu itu, apalagi sempat mendengarkannya berulang-ulang, bisa jadi di waktu-waktu tertentu lagu tersebut akan terngiang-ngiang di kepala Anda.

Jika hal itu terjadi, itu berarti lagu tersebut telah terjebak di dalam kepala Anda. Tak peduli sekuat apa pun mencoba, Anda mungkin tak bisa mengusirnya.

Tanpa alasan yang jelas, Anda menjadi tak berdaya untuk menghentikan diri sendiri dari bersenandung atau menyanyikan lagu tersebut di dalam kepada Anda.

Lagu itu terus terngiang-ngiang ketika Anda berjalan, mencuci piring, mandi, atau bahkan menjelang tidur. Fenomena lagu yang seolah melekat di kepala ini biasa disebut earworm. Earworm bisa terjadi selama beberapa jam, berhari-hari bahkan berminggu-minggu!

Secara etimologis, kata earworm berasal dari istilah Jerman, yakni "ohrwurm" yang berarti cacing telinga. Ahli saraf Oliver Sack, dalam bukunya yang berjudul Musicophilia, mengungkapkan bahwa earworm merupakan tanda sensitivitas otak kita yang luar biasa terhadap musik.

Keberadaan earworm juga menunjukkan bahwa ada bagian dari pikiran kita yang jelas berada di luar kontrol kita. Earworm datang tanpa permisi dan menolak untuk meninggalkan kepala kita, meskipun kita berusaha mengusirnya.

Sebenarnya, kondisi apa yang memicu terjadinya earworm?

Beberapa studi yang berbeda setidaknya memiliki beberapa jawaban. Pertama-tama, secara umum earworm tampaknya memiliki beberapa karakteristik yang sama, menurut temuan para peneliti.

Musik yang menjadi earworm adalah lagu-lagu yang sering Anda dengar. Lagu-lagu itu memiliki catatan berulang atau interval waktu yang tidak terduga. Selain itu, lagu-lagu tersebut juga memiliki ritme dan pola nada yang khas.

"Kesimpulan keseluruhan adalah bahwa lagu tersebut harus cukup sederhana agar dapat diingat secara spontan, tetapi juga memiliki sesuatu yang sedikit unik yang membuat otak ingin mengulanginya berulang-ulang," ujar Kelly Jakubowski, peneliti postdoctoral di Departemen Musik di Durham University di Inggris, seperti dikutip dari Live Science.

Baca Juga: Perang Dunia Pertama Memicu Berkembangnya Musik Jazz Pertama di Eropa

Jika Anda pernah mendengar sebuah lagu, apalagi berulang-ulang, bisa jadi di waktu-waktu tertentu lagu tersebut akan terngiang-ngiang di kepala Anda. (Lordn/Getty Images/iStockphoto)

Para ilmuwan terkadang menyebut earworm sebagai "citra musik yang tidak disengaja," atau "involuntary musical imagery'" (INMI). Sebuah studi tahun 2012 yang diterbitkan dalam jurnal Psychology of Music menemukan bahwa sekitar 90 persen pengguna internet Finlandia melaporkan bahwa sebuah lagu terjebak di kepala mereka setidaknya sekali seminggu.

Semakin banyak lagu atau musik yang didengarkan oleh seseorang, semakin banyak earworm yang mungkin mereka alami, menurut penelitian tersebut. Hasil tersebut juga didukung oleh survei-survei lainnya.

Selain itu, menurut sebuah penelitian tahun 2010, orang-orang lebih cenderung terkena earworm ketika mereka melakukan sesuatu yang rutin, seperti jogging atau melakukan pekerjaan rumah tangga.

Secara rinci, dalam studi yang diterbitkan di jurnal Psychology of Music, para peneliti menjabarkan beberapa penyebab munculnya earworm.

Pertama, paparan berulang. Musik yang kita dengar berulang-ulang seringkali menimbulkan earworm. Dalam pengulangan, musik memang berbeda dengan hal lain, seperti pagar misalnya. Meski berulang kali melihat pagar yang sama, namun sudut pandang Anda ataupun pencahayaan tak selalu sama.

Berbeda dengan musik. Tiap kali kita memutar lagu yang sama, suara yang terdengar akan selalu identik. Proses mengingat kita sangat dipengaruhi oleh pengulangan. Jadi bisa saja kita mengalami earworm lagu yang sebenarnya tidak kita sukai, hanya karena teman sekantor memutar lagu itu berulang-ulang setiap hari.

Baca Juga: WR Supratman dan Kisah Asmaranya di Balik Lagu Indonesia Raya

Selain paparan musik yang berulang, banyak ingatan tentang suatu peristiwa yang memicu timbulnya earworm. Misalnya, kembali ke suatu tempat yang menjadi lokasi kita mendengarkan sebuah lagu untuk pertama kalinya, bisa menghadirkan ingatan yang jelas tentang lagu itu. Sebagai contoh, karena ingatan masa kecil, setiap melihat kereta api, lagu "Naik Kereta Api" langsung berdendang di dalam kepala kita.

Di samping itu, suasana hati tertentu juga bisa memicu terjadinya earworm. Misalnya ketika hujan turun dan suasana berubah sendu, lagu-lagu mellow yang pernah menemani masa-masa ketika kita patah hati tiba-tiba bergaung dan akhirnya terjebak di dalam kepala.

Sebagian orang mungkin tak bermasalah dengan keberadaan earworm. Namun ada juga orang yang muak dan frustasi karena satu lagu tertentu terus saja "menari-nari" di kepala mereka.

Karena earworm terjadi secara tidak disengaja, sulit untuk menyingkirkannya dengan sengaja. Dalam sebuh studi earworm tahun 2010 yang diterbitkan dalam British Journal of Psychology, para peneliti meminta selusin orang untuk merekam episode earworm mereka dalam buku harian dan menemukan bahwa semakin banyak orang mencoba secara sadar untuk menyingkirkan earworm, semakin lama lagu tersebut tetap melekat di telinga dan kepala mereka.

Baca Juga: Populer Sebagai Lagu Daerah, Apa Makna di Balik Lagu Ayam Den Lapeh?

Tiap kali kita memutar lagu yang sama, suara yang terdengar akan selalu identik. Proses mengingat kita sangat dipengaruhi oleh pengulangan. (Thinkstock)

Proses berpikir tentang earworm untuk mencoba menghalaunya kemungkinan hanya membuat otak tetap segar mengingatnya, tulis para peneliti. Namun, mereka menambahkan bahwa mungkin juga lagu-lagu yang paling lengket dan menjengkelkan adalah lagu-lagu yang coba dihilangkan oleh orang-orang, dan bahwa lagu-lagu itu entah bagaimana kurang bisa dibuang daripada lagu-lagu yang dengan senang hati disenandungkan oleh orang-orang.

Menyuruh otak untuk berhenti memutar lagu yang menjadi earworm merupakan hal yang sia-sia belaka karena bagian otak yang mengaturnya berada di luar kendali kita. Salah satu cara untuk mengatasi earworm, menurut orang yang pernah mengalaminya dan berhasil terlepas darinya, adalah dengan menyanyikan lagu itu hingga tuntas.

Namun jika cara itu tidak berhasil juga, cobalah untuk melakukan sesuatu yang menyibukkan pikiran dan tak terkait dengan lagu tersebut.

Yang jelas, adalah sebuah keniscayaan bagi orang-orang yang pernah mendengarkan musik atau lagu, apalagi sampai berulang-ulang, akan mengalami earworm. Entah earworm tersebut adalah dari lagu yang mereka sukai maupun tidak.

Baca Juga: Apa Salah Musik-Musik Barat Seperti The Beatles di Telinga Sukarno?