Awal Mula Pemberontakan Buruh Tambang Batu Bara Sawahlunto 1927

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 14 September 2021 | 20:00 WIB
Tambang batu bara Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat sekitar 1915. Tempat inilah para buruh bekerja dan mulai membentuk perkumpulan untuk melawan dalam pemberontakan 1927. (KITLV)

Hidup sebagai buruh tambang sangat berat. Mereka tidak mendapatkan kesejahteraan seperti upah yang kerap bermasalah, tidak adanya jaminan sosial dan kesehatan. Tak sedikit dari mereka yang harus dirawat dan meninggal karena sakit.

Masalah ini kebanyakan dirasakan oleh para pekerja tambang kelas rendah, sedangkan golongan atas seperti orang Eropa, Indo, dan pribumi terpelajar tidak mengalaminya, bahkan makmur mendapatkan tunjangan dan upah yang layak.

Semenjak munculnya gejolak politik pada 1920-an, pengaruh dari luar mulai masuk ke pertambangan seperti kesadaran hak buruh yang dibawa PKI. Organisasi lain yang sangat berpengaruh di tambang batu bara Ombilin adalah Serikat Islam, dan Serikat Rakjat, yang turut membuat masalah buruh dibahas di Volksraad.

Baca Juga: Samin Surosentiko dari Ningrat Jadi Tokoh Perlawanan Tani dan Buruh

Barak tinggal para buruh tambang batu bara Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat, semasa Hindia Belanda. (C. Nieuwenhuis/Leiden University)

"Kehadiran PKI dan Serikat Rakyat di tengah-tengah kaum buruh membawa harapan bagi buruh tambang bahwa partai-partai itulah yang akan mengubah nasib mereka," terang Zubir dalam buku.

"Harapan buruh itu beralasan karena selama bekerja sebagai buruh (terutama yang berasal dari buruh paksa), mereka tidak memiliki kekuatan yang dapat memperjuangkan nasib dari pihak perusahaan atau pemilik modal."

Datuk Batuah, seorang penghulu adat Minangkabau dan tokoh komunis menjadikan dominasi kekuasaan Belanda harus dilawan. Ia merekrut banyak buruh kasar di tambang batu bara Ombilin, dan kerap melakukan propaganda melawan pemerintah kolonial di nagari Minangkabau.

April 1925, buruh Ombilin membuat organisasi bernama Persatoean Kaoem Boeroeh Tambang (PKBT). Dalam waktu singkat, jumlahnya bertambah pesat. Melansir Soeara Tambang Januari 1926, ada sekitar empat ribu buruh tambang yang bergabung.

Baca Juga: Gejolak Perjuangan Buruh dalam Masa Kolonialisme Belanda dan Jepang