Eksperimen Menggantung Badak dari Helikopter Ini Raih Penghargaan

By Utomo Priyambodo, Rabu, 15 September 2021 | 19:00 WIB
Salah satu penerima penghargaan Ig Nobel Prize tahun ini adalah sebuah studi yang menggantungkan sejumlah badak secara terbalik dari helikopter. (Radcliffe et al., J. of Wildlife Diseases, 2021)

Nationalgeographic.co.idIg Nobel Prize diberikan setiap tahunnya kepada sepilihan eksperimen ilmiah yang tampaknya aneh dan tidak berguna. Diberikan oleh majalah humor sains Annals of Improbable Research, hadiah tersebut menghormati proyek-proyek yang "pertama membuat orang tertawa, kemudian membuat mereka berpikir".

Pada tahun ini, salah satu penerima penghargaan tersebut adalah sebuah studi yang menggantungkan sejumlah badak secara terbalik dari helikopter. Di balik foto-foto absurd spektakuler atas kondisi badak-badak yang kakinya terikat dan tergantung itu, sesungguhnya ada urusan yang serius dalam penelitian ini.

Badak sedang dalam masalah. Ada lima jenis badak yang tersisa di bumi, dan semuanya terancam punah. Spesies yang digantung terbalik dalam penelitian ini adalah badak hitam, dengan berat 1,5 ton dan dengan perkiraan populasi tersisa hanya 5.000.

 

Jason Gilchrist, ahli Ekologi dari Edinburgh Napier University, menjelaskan dalam sebuah tulisan di The Conversation bahwa dalam upaya melindungi populasi badak, para konservasionis telah mencoba berbagai cara. Cara-cara itu adalah dehorning (mencoba membuat badak kurang diminati pemburu), translokasi (memindahkan badak, termasuk terbalik melalui helikopter), dan bahkan pembangkitan kembali (menciptakan embrio dari telur dan sperma, atau bahkan DNA, dari individu yang mati).

"Jadi para konservasionis harus memberikan bantuan –atau helikopter– untuk menempatkan badak di wilayah baru. Tetapi sampai penelitian pemenang Hadiah Nobel Ig, kami tidak sepenuhnya yakin apakah transportasi terbalik ini benar-benar aman untuk badak yang terlibat," tulis Gilchrist.

Dia mengatakan bahwa penangkapan dan translokasi mamalia besar dapat berbahaya dan mengganggu kesejahteraan hewan yang bersangkutan. Mamalia besar Afrika, termasuk gajah, jerapah, dan badak, sensitif secara fisiologis.

Baca Juga: Badak Berbulu Purba Ditemukan Membeku di Siberia, 80 Persen Utuh

Mengidentifikasi perbedaan awal antara garis keturunan Afrika dan Eurasia yang masih ada, menyelesaikan perdebatan kunci mengenai filogeni badak. (Liu et al)

"Seluruh proses penangkapan dan translokasi dapat mengakibatkan stres psikologis dan fisiologis. Jika hewan tersebut diberikan dosis obat penenang terlalu besar, atau dibiarkan dalam posisi yang salah di bawah penenang, mereka bisa mati," paparnya.

Secara historis, metode translokasi satwa liar bersifat informal dan eksperimental, dengan metode yang berhasil menyebar dari mulut ke mulut. Semakin lama, pendekatan ad-hoc ini telah digantikan oleh penelitian ilmiah formal, baik mendukung kebijaksanaan yang dirasakan, atau memberikan inovasi baru.

"Jadi penting, untuk alasan kesehatan dan kesejahteraan hewan saja, agar prosedur yang diterapkan untuk menangkap dan memindahkan hewan-hewan besar seaman dan setidak mengganggu mungkin."

Selama beberapa tahun, badak-badak Afrika telah ditranslokasikan dengan cara digantung terbalik di helikopter, ditutup matanya dan dibius. Selain memungkinkan penangkapan dan pemindahan badak jarak pendek dari daerah yang tidak dapat diakses melalui jalan darat, transportasi dengan helikopter dapat berarti waktu perjalanan yang lebih singkat, sehingga lebih disukai untuk dilakukan pada badak-badak di tempat yang praktis untuk melakukannya.

Baca Juga: Seorang Tersangka Pemburu Badak Tewas Diinjak Kawanan Gajah di Afrika

Badak-badak merumput di lahan John Hume di Klerksdorp, Afrika Selatan. Satwa ini sengaja diternakkan. (David Chancellor via National Geographic)

Masalahnya, tidak ada yang pernah memastikan apakah menggantung terbalik berbahaya bagi badak. Tentu, badak tampak baik-baik saja ketika terbangun di tujuan akhir mereka. Namun apakah mereka benar-benar baik-baik saja setelahnya?

Di sinilah eksperimen sains ini masuk. Mungkin terdengar lucu untuk dengan sengaja menggantung 12 badak hitam terbalik selama 10 menit hanya untuk memantau fisiologi mereka. Tetapi jika tidak ada yang melakukan penelitian, tidak ada yang tahu apakah itu cara yang aman untuk mengangkut hewan yang terancam punah tersebut.

Studi pemenang Ig Noble Prize ini membandingkan fungsi pernapasan dan efek metabolisme badak ketika badak-badak itu digantung terbalik dan ketika hewan-hewan itu digantung dengan posisi badan miring.

Baca Juga: Vietnam Menjadi Konsumen Cula Badak Terbesar, Apa Alasan di Baliknya?

Para peneliti menemukan bahwa efisiensi pernapasan badak yang digantung terbalik sedikit lebih baik daripada badak yang dibaringkan miring selama dibius. Jadi, proses translokasi dengan helikopter ini ditegaskan setidaknya sama baiknya dengan metode transportasi tradisional.

Yang dimaksud metode transportasi tradisional ini adalah membawa badak lewat jalur darat dengan truk. Badak tersebut dibius dan kemudian dibawa di atas truk dengan posisi terbaring miring.

Dengan adanya studi aneh ini, orang-orang yang sempat khawatir melihat badak dipindahkan dengan digantung terbalik dari helikopter setidaknya kini dapat bernapas lebih lega.