Andrew Knight juga menyebutkan bahwa teknologi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menetralisir komponen yang berbahaya dalam kotoran sapi menimbulkan biaya keuangan yang terlalu besar pagi para peternak.
“Diperlukan langkah yang jauh lebih drastis, jika kita ingin memiliki peluang realistis untuk menghindari kerusakan iklim global dalam jangka menengah di masa depan,” kata Andrew Knight.
Studi hal ini telah dipublikasikan di jurnal Current Biology dengan judul Learned control of urinary reflexes in cattle to help reduce greenhouse gas emissions. Percobaan ini tidak melibatkan pelatihan sapi untuk buar air besar. Namun, hal ini dapat diuji di kemudian hari.
Baca Juga: Temuan Prasejarah Ini Ungkap Bayi Sudah Diberi Susu Sapi Sejak 5.000 Tahun Lalu
Lindsey Matthews menuturkan idenya saat ini adalah untuk memperluas penelitian mengenai bagaimana membuat teknik toilet-training ini dapat diskalakan, sesuatu yang menurutnya bisa lebih mudah terlaksana di tempat-tempat seperti Amerika Serikat, di mana sapi sering dipelihara di tempat penggemukan sapi. Sebab pada lokasi itu hewan tidak harus pergi jauh untuk menggunakan toilet.
Dia juga mendiskusikan pendekatan pelatihan toilet yang berbeda dengan industri susu di Selandia Baru, tempat di mana sapi dapat menghabiskan sebagian besar waktunya merumput di ladang. Para peneliti mengungkapkan jika mereka dapay mengumpulkan 10 atau 20 persen dari urin sapi secara global itu akan cukup mengurangi emisi gas rumah kaca dan proses nitrate leaching secara signifikan.
Baca Juga: Sapi Raksasa Berukuran Seperti Mobil Van, Mengapa Ia Bisa Sangat Besar?