Nationalgeographic.co.id—Bukan hal yang tidak mungkin untuk melatih sapi buang air di toilet. Seperti yang dilakukan oleh para ahli dari Universitas Auckland yang bergabung dengan para ilmuwan di laboratorium Jerman ini.
Mereka berhasil melatih sapi untuk menggunakan area kecil berpagar, dengan lantai rumput sintetis sebagai toilet. Dilansir dari Science News, hal tersebut memungkinkan para peternak untuk mendapatkan dan mengolah urin sapi dengan mudah. Apalagi komponen dari urin sapi seperti nitrogen dan fosfor bisa digunakan sebagai bahan membuat pupuk.
Diketahui urin sapi kerap mencemari udara, tanah dan air. Rata-rata hewan herbivora ini bisa buang air kecil puluhan liter setiap harinya. Dalam kandang, kotoran sapi biasanya bercampur dengan kotoran di lantai yang mengeluarkan ammonia. Sedangkan di padang rumput, urin sapi dapat merembes ke saluran air dan mengeluarkan gas rumah kaca, nitrogen dioksida.
Lindsey Matthews dan rekan-rekannya melatih belasan ekor anak sapi untuk menggunakan toilet atau toilet training. Dia mengatakan kalau anak sapi belum banyak terlibat dalam pemerahan, mereka hanya makan, bersosialisasi dan beristirahat. Lindsey Matthew yang mempelajari perilaku hewan di Universitas Auckland, Selandia Baru itu merasa optimistis dengan proyek ini.
“Saya yakin kami bisa melakukannya. Sapi jauh, jauh lebih pintar daripada yang dipuji orang,” ujar Lindsey Matthews kepada Science News.
Setiap anak sapi mendapatkan pelatihan yang diberi nama MooLoo selama 45 menit setiap hari. Pada awalnya, anak sapi ditempatkan pada toilet dan akan diberi makan setiap kali mereka buang air kecil. Setelah terbiasa, tim peneliti menempatkan anak sapi di lorong yang mengarah ke toilet tersebut.
Baca Juga: Anatomi Hewan Berubah Karena Perubahan Iklim, Ini Kata Para Ahli
Setiap kali anak sapi buang air di toilet, mereka akan mendapatkan camilan. Jika mereka buang air kecil di lorong, tim akan menyemprotkan air. Dari 16 ekor anak sapi ada 11 yang dilatih dalam kurun waktu 10 hari.
Kendati demikian, dilansir dari The Washington Post, Andrew Knight seorang profesor veteriner kesejahteraan hewan di Universitas Winchester Inggris mengatakan bahwa gagasan ini bagus secara teori. Hanya saja tidak banyak membantu untuk mencegah kontribusi besar terhadap perubahan iklim. Sebab ketergantungan dunia pada produksi ternak intensif termasuk susu dan produk olahannya terlalu besar.
“Nitrogen oksida adalah gas rumah kaca yang sangat kuat, dengan potensi pemanasan global 296 kali lebih besar dari karbon dioksida. (Hewan ternak menghasilkan) lebih banyak gas rumah kaca daripada gabungan semua mobil, truk, dan pesawat di dunia,” jelas Andrew Knight kepada The Washington Post.
Baca Juga: Mikroba dari Perut Sapi Bisa Bantu Daur Ulang Sampah Plastik
Andrew Knight juga menyebutkan bahwa teknologi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menetralisir komponen yang berbahaya dalam kotoran sapi menimbulkan biaya keuangan yang terlalu besar pagi para peternak.
“Diperlukan langkah yang jauh lebih drastis, jika kita ingin memiliki peluang realistis untuk menghindari kerusakan iklim global dalam jangka menengah di masa depan,” kata Andrew Knight.
Studi hal ini telah dipublikasikan di jurnal Current Biology dengan judul Learned control of urinary reflexes in cattle to help reduce greenhouse gas emissions. Percobaan ini tidak melibatkan pelatihan sapi untuk buar air besar. Namun, hal ini dapat diuji di kemudian hari.
Baca Juga: Temuan Prasejarah Ini Ungkap Bayi Sudah Diberi Susu Sapi Sejak 5.000 Tahun Lalu
Lindsey Matthews menuturkan idenya saat ini adalah untuk memperluas penelitian mengenai bagaimana membuat teknik toilet-training ini dapat diskalakan, sesuatu yang menurutnya bisa lebih mudah terlaksana di tempat-tempat seperti Amerika Serikat, di mana sapi sering dipelihara di tempat penggemukan sapi. Sebab pada lokasi itu hewan tidak harus pergi jauh untuk menggunakan toilet.
Dia juga mendiskusikan pendekatan pelatihan toilet yang berbeda dengan industri susu di Selandia Baru, tempat di mana sapi dapat menghabiskan sebagian besar waktunya merumput di ladang. Para peneliti mengungkapkan jika mereka dapay mengumpulkan 10 atau 20 persen dari urin sapi secara global itu akan cukup mengurangi emisi gas rumah kaca dan proses nitrate leaching secara signifikan.
Baca Juga: Sapi Raksasa Berukuran Seperti Mobil Van, Mengapa Ia Bisa Sangat Besar?