Lelakon Rumphius di Ambon: Kebutaan, Korban Gempa, Sampai Kebakaran

By Galih Pranata, Jumat, 17 September 2021 | 09:02 WIB
Potret ilmuwan buta VOC, Georg Everhard Rumphius. (KITLV)

Sesampainya di sana, Rumphius tampak senang dengan kondisi alam yang menakjubkan. Ia sangat menikmati indahnya alam tropis di wilayah timur Indonesia itu. Di sana juga ia bertemu dengan seorang gadis yang memperkenalkannya terhadap anggrek. "Ia adalah Susanna, wanita yang kemudian Rumphius kawini" tulis Veldkamp. 

Susanna merupakan pribumi keturunan Tionghoa. Kehadirannya yang memperkenalkan anggrek, semakin menajamkan minat Rumphius pada dunia botani. "Untuk kenanganku bersamanya—kawan dan rekan pertamaku dalam mencari tumbuhan dan jamu-jamuan. Ia yang pertama kali menunjukkan kepadaku bunga ini," ungkap Rumphius dalam catatan Veldkamp.

Ungkapan manis itu muncul saat ia dikenalkan oleh Susanna, tanaman anggrek yang menawan. Dari bukunya berjudul Herbarium Amboinense atau Kitab Jamu-jamuan Ambon (1741), ia kemudian mematenkan nama lain dari anggrek tanah dengan nama kekasihnya, Floss Susannae (sekarang Pecteilis susannae).

Sebelum ia mampu menciptakan banyak karya dan dikenal sebagai ilmuwan, pada 1670, saat berumur 43 tahun, kedua mata Rumphius buta karena penyakit staar alias glaukoma. Meski didekap kebutaan, Susanna dan anaknya terus membantunya dalam menulis karya-karyanya.

Baca Juga: Catatan Gempa dan Mega Tsunami yang Pernah Melanda Maluku pada 1674

Perlahan kecintaan Rumphius terhadap tanaman dan segala hal tentang Maluku, mendorongnya mengoleksi sejumlah jenis bunga dan kerang-kerangan. Ia juga banyak berperan dalam penamaan-penamaan tanaman di Maluku dengan bahasa latin, Melayu maupun bahasa Ambon.

Veldkamp meneruskan tulisannya, "tak berhenti disitu, ia juga berperan dalam menggambarkan bentuk akar, struktur tanaman, hingga pewarnaan pada daun dalam karyanya". Ia juga menambahkan deskripsi tentang khasiat dari tanaman koleksinya, seperti untuk mengatasi wasir, mencret, hingga mengobati sakit kuning.

Sebelum ia berhasil dengan kitab gubahannya, suatu hal yang besar terjadi dalam hidupnya. Pada 17 Februari 1674, saat langit cerah, Rumphius, Susanna, dan putri mereka berjalan-jalan untuk menyaksikan perayaan Imlek di Kota Ambon.

"Susanna bersama putrinya mampir ke sebuah toko, sedang Rumphius menunggu mereka di luar" terang Jacob Mikanowski dalam tulisannya. Ia menggambarkan detik-detik bersejarah dalam hidup Rumphius melalui artikelnya yang berjudul The Doomed Blind Botanist Who Brought Poetry to Plant Description (2016).

Baca Juga: Terhenti sejak Konflik 1999, Maluku Akhirnya Kembali Ekspor Pala