"Mekarnya fitoplankton di wilayah ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan satelit 22 tahun dan berlangsung selama sekitar empat bulan,” kata rekan penulis penelitian Peter Strutton, profesor dari Institute for Marine and Antarctic Studies, University of Tasmania.
"Apa yang membuatnya lebih luar biasa adalah bahwa bagian dari musim ketika mekar muncul biasanya merupakan titik terendah musiman fitoplankton, tetapi asap dari kebakaran hutan Australia benar-benar membalikkan itu," ujarnya dikutip dari Scimex.
Untuk memahami bagaimana kebakaran besar itu bertanggung jawab atas mekarnya fitoplankton ini, para peneliti menulis makalah berjudul Widespread phytoplankton blooms triggered by 2019–2020 Australian wildfires. Dalam laporan itu mereka menggabungkan data satelit untuk melacak jalur asap dan pengukuran di darat.
Baca Juga: Krisis Iklim Turut Memberikan Dampak yang Besar bagi Kesehatan Mental
Temuan peningkatan konsentrasi fitoplankton di laut juga mereka konfirmasi dari penggabungan data satelit, bersama pelampung profil otonom yang ditempatkan di seluruh kawasan.
Para peneliti menyebut, penyebab di balik mekarnya fitoplankton adalah aerosol dari asap kebakaran hutan yang tingginya mencapai 16 kilometer. Kemudian angin di stratosfer mengangkut asap itu terbang sangat jauh hingga sampai di Samudera Selatan--termasuk bagian terdekat Amerika Selatan.
Asap itu juga mengandung zat besi yang rendah, tetapi signifikan untuk membantu fotosintesis dan petumbuhan fitoplankton. Dengan demikian, elemen itu lebih banyak tiga kali dari semestinya yang ditemukan di sana saat normal, yang berimbas pada mekarnya fitoplankton secara cepat.
Baca Juga: Sebuah Pohon Masih Terus Membara sejak Kebakaran Hutan California 2020