Inilah Kisah Keluarga 'Crazy Rich Hindia-Belanda' Periode 1890-1937

By Galih Pranata, Sabtu, 18 September 2021 | 09:00 WIB
Potret pasangan kaya raya, Johanna Bezoet de Bie dan Alexander MacNeill. (G. Roger Knight/Archipel)

Foto-foto lawas telah menunjukan kemewahan interior rumah MacNeill, sebagai orang terpandang di Probolinggo. "Ia mengaplikasikan konsep interior borjuasi barat pada rumahnya di daerah terpencil di pinggiran Probolinggo" tulisnya.

Ada piano (tertutup) dengan stand musik di sebelahnya, serta perabotan kaya lainnya. Termasuk juga lukisan dalam bingkai hiasan serta manik-manik. Ada karpet mahal di atas meja dan lantai, sejumlah besar jardinières dengan pot pohon palem, yang tampak seperti gasolier (mungkin gas yang diproduksi untuk menyalakan pabrik untuk operasi 24 jam selama kampanye juga disalurkan ke rumah administrator) dan lampu hiasan lainnya. Juga adanya satu set meja untuk makan keluarga.

Makan malam itu, tentu saja, mungkin berkisar pada rijsttafel yang terkenal, makanan Indisch yang didasarkan pada penawaran beragam lauk pauk – Eropa dan juga Asia (mungkin makanan pribumi) – disajikan di atas nasi. "Beberapa pribumi dan staf dikerahkan untuk melayani dan menghidangkan sajian menu-menu mewah menggugah selera" tulis Knight.

Baca Juga: Pahit-Manis Kenangan Piala Dunia 1938: Hindia Belanda Disikat Hungaria

Kereta Kuda yang dikendalikan kusir, bersama dua anak dari pasangan MacNeill tengah berpose. (G. Roger Knight/Archipel)

Makanan kaleng dan makanan yang diawetkan disajikan, diimpor langsung dari Eropa. Meskipun hal tersebut belum menjadi keharusan bagi kreol yang memiliki strata sosial tinggi seperti keluarga MacNeill. Mereka telah menampilkan makanan-makanan mewah yang diawetkan sebagai tampilan luar yang disajikan diluar waktu makan.

Knight menambahkan, "bahkan mereka memiliki kereta kuda yang ditarik oleh kusir (pribumi) untuk berjalan-jalan di tengah desa, bersama baboe (pribumi), untuk menemani putri Bezoet de Bie, sembari menyuapinya". Hanya saja, segala kemewahan yang dimiliki nampaknya telah berakhir setelah MacNeill pensiun dari pekerjaannya.

Memasuki usia senja, MacNeill yang telah berhasil mengembangkan karirnya, harus kembali ke Belanda pada 1911. Ia telah selesai dengan pekerjaannya dan keluarganya harus meninggalkan istananya di Probolinggo. Namun, kerinduan Bezoet de Bie dengan Jawa membuatnya kembali ke Hindia-Belanda.

Perjalanan barunya sebagai pasangan suami istri dari seorang pensiunan yang sakit baru dimulai. Suaminya, Alexander MacNeill meninggal pada Maret 1937, setelah satu dekade mereka kembali ke koloni. "Ia kemudian melanjutkan hidupnya dengan menjalankan usaha kecil yang memproduksi stroberi dan tanaman iklim sejuk lainnya untuk dijual ke hotel resor di Ambarawa dan juga wilayah lain di Semarang" tutup Knight.