Melalui penggunaan jenis mekanisme penyaringan yang dikenal sebagai 'penyaringan bunglon', ilmuwan mengembangkan model tersebut. Melalui model itu, ilmuwan mendapatkan petunjuk bahwa partikel energi yang dihasilkan di medan magnet intens Matahari dapat menjelaskan kelebihan XENON1T.
“Pemutaran bunglon kami mematikan produksi partikel energi gelap di objek yang sangat padat, menghindari masalah yang dihadapi oleh axion matahari. Ini juga memungkinkan kita untuk memisahkan apa yang terjadi di Alam Semesta lokal yang sangat padat dari apa yang terjadi pada skala terbesar, di mana kepadatannya sangat rendah.” kata Vagnozzi.
Dengan menggunakan model tersebut, para ilmuwan juga menunjukkan apa yang akan terjadi pada detektor jika energi gelap dihasilkan di wilayah tertentu Matahari, yang disebut tachocline, di mana medan magnetnya sangat kuat.
Perhitungan tersebut juga menunjukkan bahwa eksperimen seperti XENON1T, yang dirancang untuk mendeteksi materi gelap, juga dapat digunakan untuk mendeteksi energi gelap. Hanya saja, kelebihan aslinya masih perlu dikonfirmasi secara meyakinkan.
Vagnozzi berkata, “Sungguh mencengangkan bahwa kelebihan ini pada prinsipnya dapat disebabkan oleh keberadaan energi gelap daripada materi gelap. Ketika semuanya menyatu seperti itu, itu benar-benar istimewa.”
“Pertama-tama kita perlu tahu bahwa ini bukan hanya kebetulan. Jika XENON1T melihat sesuatu, Anda akan berharap untuk melihat kelebihan serupa lagi di eksperimen mendatang, tetapi kali ini dengan sinyal yang jauh lebih kuat.” pungkas Vagnozzi.