Nationalgeographic.co.id—Salah satu ancaman terbesar dalam perubahan iklim dan peningkatan suhu rata-rata dunia adalah mencairnya es di kutub. Saat suhu rata-rata meningkat di seluruh dunia dan Bumi menjadi semakin panas, jelas bahwa lapisan es raksasa akan mulai mencair (seperti yang sudah terjadi). Lalu, air dari semua pencairan itu akan bergabung dengan perairan lautan dunia.
Apa yang terjadi ketika kita menambahkan air ke larutan air garam? Air tersebut menjadi kurang asin, kan?
Air laut itu asin, jadi apa yang akan terjadi jika tiba-tiba mendapat pasokan air tawar yang sangat besar (yaitu, air yang tidak asin)? Apakah akan menjadi kurang asin?
Ternyata, jawaban dan konsekuensinya tidak sesederhana yang kita bayangkan. Mari, mari kita bahas beberapa perkara mendasar.
Baca Juga: Virus Kuno 15.000 Tahun Diidentifikasi di Gletser Tibet yang Mencair
Salinitas Air
Salinitas, secara sederhana, mengacu pada kandungan garam terlarut dari dalam air. Seperti yang dapat kita bayangkan, salinitas air laut memainkan peran penting dalam menentukan jenis organisme yang dapat berkembang di dalamnya. Salinitas air laut juga memainkan peran penting dalam sirkulasi laut dan siklus air.
Salinitas air laut tergantung pada beberapa faktor, termasuk penguapan, curah hujan, angin, aliran air sungai dan pencairan gletser. Untuk ruang lingkup artikel ini, kita hanya akan membahas faktor terakhir.
Baca Juga: Gletser yang Mencair Ternyata Berisi Kotak Kayu Berusia Berabad-abad
Dampak Pemanasan Global
Bisa ditebak, pemanasan permukaan bumi mengakibatkan mencairnya lapisan es kutub di Antarktika dan wilayah kutub lainnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa es Laut Arktik mencair lebih cepat dari yang diperkirakan. Ini karena Bumi terus memanas akibat pemanasan global dan es Kutub Utara mencair, masuknya air tawar dari es yang mencair mengubah salinitas air laut, terutama di dataran tinggi.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika salinitas semua lautan di dunia menurun akibat mencairnya es di kutub. Samudra Atlantik, khususnya, telah mengalami perubahan salinitas air yang cukup signifikan selama empat dekade terakhir.
Jadi, untuk menjawab pertanyaan kita, ya, mencairnya es di kutub membuat air kurang asin, tapi itu bukan jawaban lengkapnya. Anda tahu, masuknya air tawar yang meningkat ke air laut memang membuat air laut kurang asin, tetapi tidak seperti yang Anda kira.
Baca Juga: Gletser yang Mencair Ternyata Berisi Kotak Kayu Berusia Berabad-abad
Apa glasiasi berdampak pada salinitas lautan dunia ?
Lautan adalah perairan yang sangat luas. Air yang dikandung badan air ini memiliki 'jenis' yang berbeda. Dengan kata lain, dibutuhkan sejumlah besar energi untuk mencampur massa air dengan sifat yang berbeda. Hasil langsung dari ini adalah, alih-alih seluruh lautan mengurangi rasa asinnya, arus laut tertentu mengambil pukulan terbesar (yaitu, salinitasnya yang paling terpengaruh).
Arus Laut
Arus laut adalah gerakan air laut yang terarah dan terus-menerus yang disebabkan oleh gaya-gaya tertentu. Air laut selalu bergerak, dan arus laut adalah pergerakan air yang terjadi baik di permukaan laut maupun di kedalamannya, baik secara lokal maupun global.
Arus laut digerakan oleh faktor-faktor seperti kepadatan air, angin, pasang surut, dan lain lain. Arus laut sangat penting, terutama bagi kehidupan laut, karena banyak organisme air (dengan mobilitas terbatas) mengandalkan arus laut ini untuk membawa makanan dan nutrisi penting ke mereka. Tidak hanya itu, arus laut juga mendistribusikan larva dan sel reproduksi di antara makhluk laut.
Dengan demikian, glasiasi (pencairan lapisan es), sebagian menghentikan pertukaran garam, energi, dan panas antara laut dalam dan permukaan laut, yang hanya menyisakan sumber turbulensi yang didorong oleh pasang surut dan topografi, akan membantu kedua lapisan ini 'berkomunikasi'.
Baca Juga: Es Antarktika Mencair, Kuburan Mumi Penguin Terungkap
Dampak Buruk Salinitas Air Bagi Air Laut
Masuknya air tawar dalam jumlah besar (sebagai akibat dari pencairan lapisan es) dapat mengubah atau bahkan berpotensi mematikan beberapa arus laut utama.
Seperti dibahas sebelumnya, arus laut ini benar-benar sangat penting. Arus tidak hanya mendistribusikan makanan dan sel reproduksi ke ikan yang jauh, tetapi juga menjaga lautan tetap teroksigenasi sehingga hewan laut dapat bertahan hidup di dalamnya.
Setiap dampak negatif pada arus laut ini dapat secara serius mengganggu rantai makanan di lautan. Tentu memiliki konsekuensi pada rantai makanan, termasuk manusia. Jadi, ya, mencairnya es pasti mengurangi salinitas lautan (walaupun tidak merata), dan pencairan ini jauh lebih berbahaya bagi manusia daripada yang diperkirakan banyak orang.
Baca Juga: Gunung Es Seluas Pulau Bali dan Seberat 1 Triliun Ton Mencair Hilang