Studi: Konsumsi Produk Olahan Susu, Turunkan Risiko Penyakit Jantung

By Maria Gabrielle, Rabu, 22 September 2021 | 16:31 WIB
Beragam produk olahan susu di Stockholm, Swedia. (Frankie Fouganthin / Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Tim ahli internasional melakukan studi yang menantang pandangan mengenai produk susu penuh lemak, seperti keju, yogurt dan susu harus dihindari karena memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi. Dalam studi ini para peneliti menilai asupan lemak susu pada 4.150 orang Swedia berusia 60 tahun.

Dilansir dari The Guardian, para peneliti mengukur konsentrasi darah terhadap asam lemak tertentu yang ditemukan dalam produk makanan olahan susu. Mereka mengikuti para partisipan selama rata-rata 16,6 tahun, mencatat berapa banyak yang meninggal atau mengalami serangan jantung, strok dan kondisi kardiovaskular lainnya.

Ternyata didapati bahwa risiko penyakit kardiovaskular terendah ada pada partisipan yang memiliki kadar asam lemak susu yang tinggi. Para peneliti juga menemukan asupan lemak susu yang tinggi tidak terkait dengan peningkatan risiko kematian.

Dr Kathy Trieu dari George Institute for Global Health dan penulis utama dari studi ini mengatakan asupan lemak dan hubungannya dengan kesehatan jantung lebih kompleks daripada yang diperkirakan sebelumnya.

“Ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa jenis lemak makanan atau sumber lemak makanan, sebenaranya lebih penting daripada sumber lemaknya,” ujar Dr Kathy Trieu kepada The Guardian.

“Saat kita memilih produk olahan susu untuk dibeli, kurang penting untuk memilih opsi rendah lemak,” lanjutnya. Dia menyarankan kepada konsumen untuk menghindari produk dengan tambahan gula atau natrium. Misalnya, ketika membeli yogurt lebih baik memilih yang tanpa rasa daripada yogurt dengan rasa dan rendah lemak.

Baca Juga: Ditemukan Residu Produk Olahan Susu di Tembikar Dari Tahun 3100 SM

Peneliti menyarankan untuk mengkonsumsi yogurt tanpa rasa. (Renee Comet / Wikimedia Commons)

 

Studi ini telah dipublikasikan pada 21 September 2021 di jurnal PLOS Medicine dengan judul Biomarkers of dairy fat intake, incident cardiovascular disease, and all-cause mortality: A Cohort study, systematic review, and meta-analysis.

Para peneliti juga mengatakan bahwa menggunakan biomarker sebagai proxy untuk asupan lemak susu lebih dapat diandalkan daripada bergantung pada individu untuk melaporkan kebiasaan makan mereka. Hanya saja, biomarker tidak dapat membedakan jenis produk susu apa yang dikonsumsi dan apakah ada efek yang berbeda.

Mengkonsumsi keju sebelumnya telah dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah. Sedangkan sebuah penelitian besar di Amerika Serikat telah menghubungkan asupan mentega dengan risiko kematian yang lebih tinggi.

“Keju termasuk vitamin K, mungkin ini terkait dengan manfaat kardioprotektif,” jawab Kathy Trieu.

Baca Juga: Antara Susu dan Yoghurt, Mana yang Lebih Sehat Bagi Tubuh?

Untuk memahami hubungan antara makanan olahan susu dan kesehatan jantung diperlukan penelitian lebih lanjut. Selain analisis di Swedia, di mana konsumsi susu secara global termasuk tinggi, para peneliti melakukan meta-analisis pada 17 penelitian lain yang melibatkan hampir 43.000 orang di Inggris, Amerika Serikat dan Denmark.

Analisis yang lebih luas juga menghubungkan antara sering mengkonsumsi lemak susu dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah. Dr Kathy Trieu mengatakan temuan ini secara luas berlaku untuk negara-negara dengan pola makan barat, seperti Australia.

Namun, para peneliti juga menyarankan bahwa ekstrapolasi temun ini ke kelompok entnis lain harus dilakukan dengan hati-hati. Karena sebagian besar orang berusai 60 tahun yang mereka ikuti lahir di Swedia atau Finlandia.

Baca Juga: Temuan Prasejarah Ini Ungkap Bayi Sudah Diberi Susu Sapi Sejak 5.000 Tahun Lalu

Ragam produk olahan susu. (Mandritoiu/Shutterstock)

Selama masa studi ini, ada 578 “peristiwa” penyakit jantung dan 616 kematian di antara partisipan orang Swedia. Dilansir dari United Press International, mereka yang memiliki kadar 15:0 (asam lemak yang ditemukan dalam makanan dan minuman yang mengandung lemak susu) tertinggi dalam darahnya memiliki risiko penyakit jantung 25 persen lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar asam lemak terendah.

Sedangkan, pada penelitian yang melibatkan hampir 43.000 orang kadar 15:0 yang lebih tinggi dan asam lemak lain yang terkait dengan produk susu atau 17:0 mengurangi risiko penyakit jantung hingga 12 persen. Mengkonsumsi beberapa produk susu, termasuk produk fermentasi telah dikaitkan manfaatnya bagi jantung.

“Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa dampak kesehatan dari makanan olahan susu mungkin lebih tergantung pada jenisnya. Seperti keju, susu, yogurt dan mentega daripada kandungan lemaknya. Penting untuk diingat meski produk olahan susu bisa kaya akan lemak jenuh, mereka juga kaya akan nutrisi lain dan dapat menjadi bagian dari pola makan sehat,” jelas Dr Kathy Trieu.

Baca Juga: Susu Kecoak Sebagai Minuman Energi di Masa Depan, Mungkinkah?