Nationalgeographic.co.id - Mungkin masih banyak yang belum mengetahui bahwa susu dari seekor kecoak memiliki kandungan protein yang sangat tinggi. Namun, mungkinkah susu kecoak ini menjadi minuman energi yang aman untuk dikonsumsi?
Susu yang dihasilkan dari seekor kecoak tidaklah diambil dari kecoa yang berkeliaran di rumah, melainkan dari seekor kecoak kumbang Pasifik (Diploptera punctata).
Hewan satu ini merupakan salah satu spesies yang unik. Tidak seperti kecoak lainnya, serangga asli Hawaii ini tidaklah bertelur, tetapi melahirkan.
Seperti hewan menyusui lainnya, kecoak kumbang juga akan menyusui anak-anaknya begitu mereka lahir. Anak-anak tersebut akan mendapatkan nutrisi dari cairan kental yang berwarna kuning pucat yang diproduksi dari kantung sang induk.
Baca Juga : Banyak Hewan Laut Terdampar di Pesisir Pantai, Akibat Pengaruh Gempa?
ASI dari kecoak kumbang dilaporkan memiliki kandungan energi yang tinggi. Tidak heran jika hanya dengan minum susu dari sang induk, anak-anaknya dapat tumbuh dewasa tanpa harus mengonsumsi makanan lainnya. Susu tersebut dapat menjadi makanan tunggal sampai mereka dewasa.
Karena itulah, tubuh anak kecoak kumbang Pasifik jauh lebih besar dibandingkan dengan anak kecoak lainnya.
Pakar serangga sebenarnya telah mengetahui sejak lama bahwa spesies kecoak ini memproduksi susu. Namun, mereka menganggap bahwa susu tersebut akan hancur dalam perut setelah melalui proses pencernaan.
Mereka kemudian mengetahui bahwa cairan tersebut justru akan mengkristal di dalam perut sang anak kecoak. Para peneliti kemudian menganalisis kristal susu tersebut dan menemukan bahwa kristal dari susu kecoak adalah salah satu zat yang paling bergizi di Bumi.
Menurut temuan peneliti, susu kecoak diperkaya oleh lemak, asam lemak esensial, lipid, gula, karbohidrat dan protein.
Ia menambahkan, sebuah kristal susu dari kecoak kumbang Pasifik memiliki kandungan energi tiga kali lipat lebih banyak dari susu kerbau meskipun dengan porsi yang sama.
Source | : | Hello Sehat |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR