Cacing Tanpa Telinga, Tetapi Mampu Merespons Suara Melalui Kulitnya

By Wawan Setiawan, Sabtu, 25 September 2021 | 14:00 WIB
Penelitian baru mengungkapkan bahwa cacing gelang C. elegans dapat merasakan suara meski tidak memiliki telinga. (Queensland Brain Institute )

Nationalgeographic.co.id—Caenorhabditis Elegans, adalah spesies cacing gelang yang diyakini memiliki tiga indera utama, yaitu penciuman, sentuhan, dan perasa. Akan tetapi, ia tidak memiliki mata dan organ telinga. Meskipun begitu, ia dapat merasakan cahaya serta postur tubuh mereka saat bergerak. Walaupun tidak mempunyai telinga, spesies ini juga mampu merasakan gelombang suara.

Hal ini menawarkan kepada para ilmuwan untuk dapat mempelajari sensasi pendengaran. Melalui sebuah studi baru yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Michigan Life Sciences Institute, menemukan bahwa cacing tersebut dapat merasakan dan merespons suara.

Dilansir dari Tech Explorist, Shawn Xu di Life Sciences Institute berkata, “Hanya ada satu indera utama yang hilang—sensasi pendengaran, atau pendengaran. Tetapi pendengaran tidak seperti indera lainnya, yang ditemukan secara luas di seluruh filum hewan lainnya.”

Ia juga menambahkan, “Itu hanya ditemukan pada vertebrata dan beberapa artropoda. Dan sebagian besar spesies invertebrata dengan demikian diyakini tidak peka terhadap suara.”

Studi yang telah diterbitkan dalam jurnal Neuron pada 22 September 2021 ini mengambil judul The nematode C. elegans senses airborne sound. Studi ini menawarkan alat biologis baru untuk mempelajari mekanisme genetik yang mendasari indera pendengaran.

Namun, para ilmuwan menemukan bahwa cacing tersebut merespons suara di udara dalam kisaran 100 hertz hingga 5 kilohertz - kisaran yang lebih luas daripada yang dapat dirasakan oleh beberapa vertebrata. Ketika nada dalam rentang itu dimainkan, cacing dengan cepat menjauh dari sumber suara, menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mendengar nada tetapi juga merasakan dari mana asalnya.

Para peneliti juga melakukan beberapa percobaan untuk memastikan cacing tersebut merespons gelombang suara di udara, dan bukan getaran pada permukaan cacing.

Baca Juga: Uniknya Cacing Penis, Mengapa Mereka Menarik dan Penting Bagi Laut?

Cacing nematoda kecil, C. elegans, adalah model populer dalam penelitian penuaan karena memiliki banyak gen yang sama dengan manusia. Karena umurnya yang pendek pula, memungkinkan para ilmuwan untuk dengan cepat menilai efek intervensi anti-penuaan. (EurekAlert!)

Caenorhabditis elegans, cacing gelang yang bisa mendengar melalui kulitnya. (Wikimedia Commons)

Baca Juga: Cacing Es Berkembang dan Tinggal di Gletser, Ilmuwan: Ini Paradoks

Alih-alih 'merasakan' getaran melalui indera peraba, Xu percaya bahwa cacing merasakan nada ini dengan bertindak sebagai semacam koklea seluruh tubuh, rongga spiral berisi cairan di telinga bagian dalam vertebrata.

Cacing memiliki dua jenis neuron sensorik pendengaran yang terhubung erat dengan kulit cacing. Ketika gelombang suara menabrak kulit cacing, mereka menggetarkan kulit, yang pada gilirannya dapat menyebabkan cairan di dalam cacing turut bergetar dengan cara yang sama seperti getaran cairan di koklea. Getaran inilah yang mengaktifkan neuron pendengaran yang terikat pada kulit cacing, kemudian menerjemahkan getaran itu menjadi impuls saraf.

"Studi kami menunjukkan bahwa kami tidak bisa berasumsi bahwa organisme yang tidak memiliki telinga tidak dapat merasakan suara," kata Xu, yang juga seorang profesor fisiologi molekuler dan integratif di UM Medical School.

Dan karena kedua jenis neuron tersebut terlokalisasi di bagian tubuh cacing yang berbeda, cacing dapat mendeteksi sumber suara berdasarkan neuron mana yang diaktifkan. Perasa ini yang dapat membantu cacing untuk mendeteksi dan menghindari pemangsanya, banyak di antaranya menghasilkan suara yang dapat didengar saat berburu.

“Ini meningkatkan kemungkinan bahwa hewan tanpa telinga lainnya dengan tubuh lunak seperti cacing gelang C. elegans—seperti cacing pipih, cacing tanah, dan moluska—mungkin juga dapat merasakan suara.” tutur Xu.

Baca Juga: Invasi Cacing Ular di 15 Negara Bagian AS Bikin Para Ilmuwan Khawatir

Karena panjang tubuh C. elegans sekitar 1 mm dan transparan, semua sel dapat diamati dengan mikroskop saat hidup. Gennya sangat kecil tetapi memiliki gen yang sama dengan manusia. Selain itu, banyak digunakan sebagai organisme model untuk penelitian ilmu saraf, karena individu dengan gen yang sama dapat dengan mudah ditingkatkan karena hermaprodit. (Okinawa Institute of Science and Technology Graduate University )

Sistem model Caenorhabditis elegans, atau cacing gelang. (Jianke Gong and Shawn Xu)

Baca Juga: Cacing Pita 18 Meter Ditemukan dalam Perut Pria Pemakan Daging Mentah

"Berdasarkan perbedaan ini, yang ada hingga ke tingkat molekuler, kami percaya indera pendengaran mungkin telah berevolusi secara independen, beberapa kali di berbagai filum hewan yang berbeda," ujar Xu.

“Kini, melalui C. elegans, kami telah menemukan jalur lain yang berbeda untuk fungsi sensorik ini, yang menunjukkan evolusi konvergen. Ini sangat kontras dengan evolusi penglihatan, yang, seperti yang diusulkan oleh Charles Darwin, terjadi cukup awal dan mungkin hanya sekali dengan nenek moyang yang sama." pungkas Xu.

Saat ini, semua indra utama telah diamati pada C. elegans, Xu dan rekan-rekannya berencana untuk menyelidiki lebih jauh lagi mekanisme genetik dan neurobiologi yang mendorong sensasi ini.