Apakah Dinosaurus Juga Sering Jatuh Sakit dan Terluka Seperti Manusia?

By Agnes Angelros Nevio, Jumat, 24 September 2021 | 15:00 WIB
'The X-Ray Story' episode keseluruhan keempat puluh tiga dari seri The Flintstones pada Desember 1961. Baru-baru ini peneliti mengungkapkan T-rex berjuang melawan parasit dan menderita asam urat. Hadrosaurus paruh pendek menderita tumor dan kanker. (Flinstone.fandom.com)

Nationalgeographic.co.id—Layaknya manusia, dinosaurus bisa jatuh sakit dan terluka. Satwa purba itu bisa menderita sakit gigi sampai asam urat, bahkan kanker. Dengan mendeteksi kondisi medis dalam fosil, ahli paleopatologi bersama ahli penyakit kuno dan cedera, memperoleh wawasan yang menarik tentang perilaku dan evolusi dinosaurus. Mereka studi tentang bagaimana dinosaurus bergerak di dunianya, hubungan antara pemangsa dan mangsa, dan bagaimana dinosaurus dari spesies yang sama berinteraksi.

Namun, seperti yang dilansir CNN baru-baru ini, saat mereka mencoba mendiagnosis penyakit berusia jutaan tahun dari fosil, jelaslah menjumpai kegagalan dalam hasilnya.

Pertama, catatan fosil hanya mengungkapkan sebagian kecil dari makhluk yang hidup di masa lalu, dan fosil itu sampai pada kita setelah melewati banyak rintangan selama jutaan tahun.

Kedua, fosil memiliki sebagian besar jaringan lunak yang hilang, sehingga para ilmuwan mengandalkan tulang untuk mendapatkan informasi. Dan seringkali sangat sulit untuk menentukan apakah deformasi pada struktur tulang dinosaurus disebabkan oleh penyakit atau penghancuran sedimen dari waktu ke waktu.

Ahli paleontologi dapat mengidentifikasi struktur aneh, pertumbuhan berlebih tulang, permukaan kasar, dan lubang atau permukaan berpori di area yang tidak seharusnya—tanpa bantuan alat khusus. Akan tetapi, penerapan kemajuan medis seperti tomografi terkomputerisasi dalam paleontologi telah memungkinkan mereka mengintip apa yang terjadi di dalam fosil tulang.

"Sangat penting untuk memiliki pandangan batin dari tulang," kata Filippo Bertozzo, seorang peneliti pasca-doktoral di Royal Belgian Institute of Natural Sciences di Brussels. "Jika Anda ragu apakah suatu tulang berubah bentuk karena patologi atau proses geologis, Anda perlu melihat ke dalam."

"Jika geologi berperan, Anda tidak akan melihat perubahan dalam struktur sel." Seringkali dibutuhkan sejumlah ahli di berbagai bidang untuk memastikan diagnosis. "Studi paleopatologi lebih dari sekadar mengidentifikasi penyakit, yang membuka jendela untuk belajar tentang interaksi dengan lingkungan dan perilaku sosial," kata Penelope Cruzado-Caballero, ahli paleontologi di Research Institute of Palaeobiology and Geology of CONICET, Argentina.

Baca Juga: Empat Dinosaurus Ditemukan di Montana, Salah Satunya Mirip Burung Unta

punuk berbentuk tabung Parasaurolophus dipajang di Royal Ontario Museum di Toronto. (CNN)

Sebagai contoh, ahli paleontologi telah lama dibingungkan oleh tengkorak kubah Pachycephalosaurs yang tidak biasa - dinosaurus kecil pemakan tumbuhan yang merupakan pemain kecil dalam franchise film "Jurassic Park". Penemuan lesi tulang akibat cedera pada spesies dewasa menunjukkan bahwa mereka menggunakan kubah untuk membenturkan kepala—seperti hal yang dilakukan domba bertanduk besar.

Tidak hanya besar, tetapi juga tangguh

Patologi yang paling sering terdeteksi dalam catatan fosil dinosaurus adalah patah tulang. Beberapa dinosaurus tampaknya selamat dari trauma sangat parah, yang pasti membuat mereka hidup dalam kesakitan yang luar biasa.

Bertozzo telah merinci cedera yang diderita oleh salah satu Parasaurolophus walkeri, dinosaurus dengan jambul melengkung yang panjang. Fosilnya digali pada tahun 1921 dan telah dipamerkan di Royal Ontario Museum di Toronto selama beberapa dekade.

Selama bertahun-tahun, ahli paleontologi telah berfikir bahwa lekukan berbentuk V di tulang belakang dinosaurus adalah bagian dari postur alaminya—mungkin untuk mengakomodasi tutup kepalanya yang panjang.

Baca Juga: Ulughbegsaurus uzbekistanensis, Meruntuhkan Kegarangan Tyranosaurus

Sebuah analisis baru yang diterbitkan pada tahun 2020 menemukan bahwa penyok itu disebabkan oleh patah punggung. Makhluk itu juga memiliki tulang rusuk yang patah, panggul yang cacat, dan lesi gigi. Bertozzo percaya bahwa patah punggung itu mungkin disebabkan oleh batu atau pohon yang jatuh, tetapi dinosaurus itu tidak mati karena luka-lukanya - setidaknya tidak secara langsung. Bertozzo mengatakan makhluk itu tetap hidup setidaknya empat bulan, dan analisis mereka menunjukkan bahwa luka-luka itu mulai sembuh sebelum kematian makhluk itu.

Bertozzo percaya bahwa beberapa dinosaurus pasti mampu mengatasi dan bertahan dari cedera parah. Dia mengatakan satu hipotesis bahwa sistem kekebalan yang kuat adalah mekanisme bertahan hidup untuk beberapa herbivora, seperti Hadrosaurus. Ia tidak memiliki fitur pertahanan seperti pelat lapis baja, ekor berduri atau tanduk tajam yang umum pada spesies pemakan tumbuhan lainnya, seperti Triceratops.

Dinosaurus juga hidup dengan kanker, yang dalam beberapa kasus mirip pada manusia saat ini. Dinosaurus bertanduk bernama Centrosaurus apertus yang hidup 76 hingga 77 juta tahun lalu di tempat yang sekarang bernama Alberta, Kanada, mengidap kanker. Ia didiagnosis dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2020 dengan osteosarcoma—kanker tulang ganas yang dapat menyerang manusia.

Baca Juga: Triceratops Terbesar di Dunia Akan Dilelang Mulai Rp 20 Miliar

Fosil bagian kaki dari Bonapartesaurus di Amerika Selatan. (WEBLOG AROGOSAURUS)

Peneliti menyimpulkan itu adalah kanker stadium lanjut yang mungkin telah menyebar ke seluruh tubuh dinosaurus. Akan tetapi, faktor penyebab kematian seekor dinosaurus ini mungkin berpeluang kecil untuk dinosaurus lainnya.

Cruzado-Caballero mendiagnosis kanker yang sama di Bonapartesaurus, yang ditemukan di Patagonia Argentina pada 1980-an. Dinosaurus ini memiliki pertumbuhan tulang yang berlebihan seperti kembang kol di kakinya. Akan tetapi, ungkap para peneliti, pertumbuhan itu belum menyebar ke bagian lain dari tubuh hewan ini, dan dia tidak berpikir itu akan sangat memengaruhi kehidupan sehari-harinya.

Kemungkinan yang lebih menyakitkan adalah dua patah tulang di ekornya, yang sembuh dalam posisi abnormal dan mungkin mengalami juga infeksi saat penyembuhan, kata Cruzado-Caballero, yang juga seorang profesor di Universitas La Laguna di Tenerife, Spanyol.

Baca Juga: Gembala Sapi Temukan 'Dinosaurus Bercangkang' Berusia 20.000 Tahun

T-rex yang kelaparan

T-rex adalah dinosaurus pemangsa, dengan berat yang sama sebagai dua gajah Afrika, tetapi bisa dikalahkan oleh musuh yang sangat kecil: parasit.

Rahang bawah T. rex SUE, kerangka T. rex paling lengkap yang pernah ditemukan, memiliki bintik-bintik halus disekitar matanya. Awalnya para ahli mengira itu adalah bekas gigitan atau infeksi tulang. Akan tetapi, para peneliti akhirnya menyimpulkan lubang itu akibat infeksi parasit yang disebut trikomonosis. Kondisi tersebut juga dapat memengaruhi rahang bawah burung zaman sekarang seperti merpati, burung dara, dan ayam.

"Parasit secara efektif memakan potongan tulang rahang. Kondisi yang sangat buruk ini menyebabkan kerusakan parah dan rasa sakit di sekitar mulut, tenggorokan, dan kerongkongan, membuat hal-hal sederhana seperti makan dan minum menjadi tidak menyenangkan," kata Dean Lomax dalam bukunya, "Locked in Time: Animal Behavior Unearthed in 50 Extraordinary Fossils." Dia merupakan ahli paleontologi di University of Manchester's Department of Earth and Environmental Sciences.

"Begitu hewan itu terinfeksi, makan akan menjadi sulit, dan sangat tidak mungkin, seperti yang terlihat pada burung hidup, tyranosaurus yang perkasa kehilangan berat badan cukup signifikan sebelum akhirnya mati kelaparan."

Sementara T. rex SUE, yang dipajang di Chicago's Field Museum, mungkin mati kelaparan, secara paradoks dinosaurus juga bisa menderita masalah medis lain yang pada manusia dikaitkan dengan terlalu banyak makan dan minum anggur.

Baca Juga: Satu Lagi, Penjelasan Teka-Teki Dinosaurus Kamboja di Kuil Ta Prohm

Asam urat adalah bentuk radang sendi yang disebabkan oleh penumpukan asam pada urat, yang dapat mengikis tulang. Lengan kanan SUE memiliki "lesi gout," dikutip dari Nature.com.

Kondisi itu bisa menimpa satwa-satwa hari ini, termasuk burung dan reptil, akibat dehidrasi atau gagal ginjal. Pada manusia, ini terkait dengan makanan yang memiliki kandungan purin tinggi, seperti daging merah—sesuatu yang tidak diragukan lagi merupakan bagian terbesar dari makanan T. rex.

Mungkinkan dinosaurus juga diserang Virus Corona ?

Mungkin juga dinosaurus menderita penyakit pernapasan, seperti pneumonia, atau penyakit menular seperti TBC. Meskipun demikian, tidak jelas apakah dinosaurus juga tertular penyakit yang mirip dengan Covid-19. Kasus penyakit pernapasan tertua yang diduga berasal dari reptil laut berusia 245 juta tahun.

"Burung, terutama burung peliharaan, memang menderita infeksi paru-paru. Burung adalah dinosaurus, dan dinosaurus, kemungkinan besar, memiliki sistem paru-paru seperti burung," kata Bertozzo. “Saya kira dinosaurus menderita infeksi paru-paru yang sama seperti pada burung. Tentu saja, Covid adalah penyakit baru, kita tidak bisa tahu apakah hal serupa terjadi di masa lalu, jadi kita tidak bisa mengatakan apakah dinosaurus menderita penyakit seperti Covid."

Bertozzo sedang membangun database untuk mencatat insiden trauma dan penyakit di berbagai spesies ornithopoda—keluarga dinosaurus pemakan tumbuhan yang mencakup iguanadon, hadrosaurus, dan dinosaurus berparuh bebek Dia mengumpulkan kasus dari periode yang berbeda. Dia berharap ini akan membantu menjawab pertanyaan seperti kelompok dinosaurus mana yang paling mungkin menderita penyakit, dan apakah kondisi ini memengaruhi perilakunya.

"Ini adalah bidang yang berkembang yang akan memberi kita banyak informasi tentang kehidupan makhluk-makhluk menarik ini," katanya kepada CNN.

Baca Juga: Pertama Kali, Ahli Paleobiologi Deskripsikan Alat Kelamin Dinosaurus