Analisis DNA Kuno Mengungkap Asal Usul Tripartit Orang Jepang Modern

By Ricky Jenihansen, Senin, 27 September 2021 | 19:00 WIB
Para peneliti mengekstraksi DNA dari tengkorak manusia Jomon. (Shigeki Nakagome)

Kepulauan Jepang telah dapat diakses melalui Semenanjung Korea pada awal periode Glasial Maksimum Terakhir, sekitar 28.000 tahun yang lalu. Hal itu memungkinkan pergerakan pelebaran Selat Korea antara 16.000 hingga 17.000 tahun yang lalu karena naiknya permukaan laut mungkin telah menyebabkan isolasi berikutnya dari garis keturunan Jomon dari bagian benua lainnya.

“Masyarakat asli Jomon memiliki gaya hidup dan budaya unik mereka sendiri di Jepang selama ribuan tahun sebelum adopsi pertanian padi selama periode Yayoi berikutnya,” kata penulis pertama Dr. Niall Cooke, juga dari School of Medicine di Trinity College Dublin.

Cooke mengatakan, analisis peneliti dengan jelas menemukan mereka sebagai populasi yang berbeda secara genetik dengan afinitas tinggi yang luar biasa antara. Bahkan mereka yang berbeda usia ribuan tahun dan digali dari situs di pulau yang berbeda. Hasil tersebut sangat menyarankan periode isolasi yang berkepanjangan dari seluruh benua.

 Baca Juga: Kamikaze, Angin Topan yang Menyelamatkan Jepang dari Pasukan Mongol

Tembikar Jomon digali dari timbunan cangkang Odake (Awal Jomon). Kerangka yang terkubur di situs ini memiliki praktik penguburan khusus di mana tubuh ditempatkan dalam posisi tertekuk dengan kaki ditekuk. (Shigeki Nakagome)

Menurut peneliti, penyebaran pertanian sering ditandai dengan pergantian populasi, seperti yang didokumentasikan dalam transisi Neolitik di sebagian besar Eropa. Namun, para ilmuwan menemukan bukti genetik bahwa transisi pertanian di Jepang prasejarah melibatkan proses asimilasi, bukan penggantian, dengan kontribusi genetik yang hampir sama dari penduduk asli Jomon dan imigran baru yang terkait dengan pertanian padi basah.

Beberapa bukti arkeologis mendukung pengenalan pemukiman besar baru ke Jepang, kemungkinan besar dari Semenanjung Korea selatan, selama transisi Yayoi-Kofun. Dan analisis memberikan dukungan kuat untuk pertukaran genetik yang terlibat dalam munculnya ciri-ciri sosial, budaya, dan politik baru dalam fase pembentukan negara tersebut.

"Kepulauan Jepang adalah bagian dunia yang sangat menarik untuk diselidiki menggunakan rangkaian waktu sampel kuno mengingat prasejarahnya yang luar biasa dari kontinuitas lama diikuti oleh transformasi budaya yang cepat," kata rekan penulis Profesor Dan Bradley, seorang peneliti di School of Genetics and Microbiology at Trinity College Dublin.

Baca Juga: Batu-Batu Monumen Tsunami Ratusan Tahun Selamatkan Banyak Orang Jepang