Pakaian Pemakaman Giok Lambang Keabadian Digunakan oleh Bangsawan Han

By Sysilia Tanhati, Selasa, 5 Oktober 2021 | 15:00 WIB
Pakaian pemakaman giok dari dinasti Han (Museum of Artifac)

Nationalgeographic.co.id—Kecintaan orang Tiongkok akan batu giok sudah dimulai jauh sebelum dinasti Han. Mineral yang ditambang sejak 6000 SM diubah menjadi perhiasan yang dibentuk seperti cakram kecil dan digantungkan pada kalung.

Batu giok menjadi simbol kekuasaan politik dan otoritas keagamaan. Bahkan menjadi alat ritual, seperti kapak, pisau, dan pahat.

Dengan munculnya Dinasti Han pada tahun 202 SM– 9 M dan 25 M – 220 M, batu giok diasosiasikan dengan umur panjang. Hal ini diungkapkan oleh seorang sejarawan Tiongkok Sima Qian (145 – 86 SM) tentang Kaisar Wu dari Han (157 SM –87 SM).

 

Sang Kaisar digambarkan memiliki cangkir batu giok bertuliskan kata-kata "Panjang Umur bagi Penguasa Manusia". Ia pun memanjakan dirinya dengan ramuan bubuk giok yang dicampur dengan embun manis.

Manfaat batu giok masih dirasakan bahkan sampai di alam baka. Para penguasa Han percaya bahwa batu giok juga akan melestarikan tubuh dan jiwa yang melekat padanya dalam kematian. Sehingga mereka dimakamkan dengan pakaian pemakaman batu giok. Pakaian yang dibuat dengan tangan, terdiri dari ribuan potongan batu giok yang dipoles dan dijahit dengan benang.

Potongan batu giok sebagian besar berbentuk persegi atau persegi panjang. Namun ada juga yang berbentuk plakat segitiga, trapesium dan belah ketupat. Potongan batu giok itu disambung dengan kawat, dijalin melalui lubang kecil yang dibor di dekat sudut masing-masing bagian.

Menurut Hòu Hànsh (Kitab Han Terakhir), jenis benang yang digunakan tergantung pada status sosial seseorang. Batu giok seorang kaisar dijalin dengan emas, bangsawan tingkat tinggi dengan perak, putra dan putri bangsawan dengan tembaga, dan bangsawan peringkat rendah dengan sutra.

Potongan batu giok tambahan juga ditemukan di bawah penutup kepala. Ini termasuk plakat berbentuk untuk menutupi mata dan sumbat agar sesuai dengan telinga dan hidung.

Pakaian pemakaman giok pertama kali didokumentasikan dalam sebuah literatur sekitar tahun 320 M. Namun, hal ini belum dikonfirmasi sampai tahun 1968, ketika makam Pangeran Liu Sheng dan istrinya Putri Dou Wan ditemukan. Keduanya berasal dari dinasti Han.

Sempat dikira legenda belaka, praktik pemakaman dengan menggunakan pakaian khusus ini dihentikan pada akhir dinasti Han. Setiap setelan terdiri dari lebih dari 2.000 potongan batu giok, membutuhkan waktu hingga sepuluh tahun untuk menyelesaikannya.

Pada tahun 223 M, Kaisar Wen dari Wei memerintahkan agar produksi pakaian pemakaman giok dihentikan. Selain sangat mahal, menghabiskan banyak waktu dan tenaga, juga mengundang para penjarah makam. Mereka  membakar pakaian tersebut untuk diambil benang emasnya. Selain merusak pakaian, sang Kaisar tidak ingin makam-makam itu ternodai.

Batu giok diyakini dapat mencegah kerusakan jaringan lunak dan mengusir roh jahat. Namun di dalam  pakaian tersebut hanya tersisa kerangka manusia saja. Tetapi karena batu giok memiliki pori, ada kemungkinan bahwa DNA pemakainya melebur di batu lebih dari 2.000 tahun setelah kematiannya. Inilah yang memberikan bentuk keabadian kepada para pemakainya.

Sepasang pakaian pemakaman giok saat ini dipertunjukkan di Museum Provinsi Hebei.