Perang Telur 1863, Salah Satu Perang Paling Konyol dalam Sejarah

By Utomo Priyambodo, Kamis, 7 Oktober 2021 | 14:00 WIB
Perang telur mungkin merupakan perang paling konyol dalam sejarah manusia. Perang telur ini sebenarnya bermula dari penemuan benda lain, yakni emas. (Brandon Saito, USFWS/Seabird Protection Network)

Pasokan protein di California saat itu sangat terbatas, sehingga harga telur meroket. Pada saat itu satu butir telur bisa dijual seharga 1 dolar AS, atau 30 dolar AS dalam nilai uang hari ini.

Dengan harga telur yang begitu tinggi, satu orang dengan semangat giat dan sikap "Sejujurnya saya tidak keberatan jika saya menghancurkan seluruh ekosistem jika itu berarti saya dapat membuat puding karamel (yang terbuat dari telur)" mulai memandang Kepulauan Farallon, di lepas pantai San Fransisco.

Pulau-pulau yang dulu dikenal sebagai Kepulauan Orang Mati itu memiliki lanskap yang sebagian besar berbatu dan tebing-tebing yang berbahaya. Kepulauan ini sungguh tidak layak untuk dikunjungi manusia jika bukan karena ratusan ribu burung murre yang menghuninya.

Murre tampaknya memiliki telur terbaik, karena rasanya seperti telur ayam, meskipun putih telurnya tetap bening saat dimasak. Telur burung ini memiliki kuning telur yang kaya protein sehingga memicu jenis demam emas yang berbeda.

Baca Juga: Gara-gara Sepak Bola Pra-Piala Dunia, Perang Bersenjata Pun Bergelora

Salah satu Kepulauan Farallon dengan burung murre sebagai penghuninya. ( Dave/Flickr)

Kumpulan burung murre. (Duncan Wright/Wikimedia Commons)

"Telur murre yang matang adalah sesuatu yang tidak akan pernah terlupakan," kata salah satu konsumen telur yang cerewet saat itu, sebagaimana diberitakan IFL Science. "Dibutuhkan sekitar tiga bulan untuk mengeluarkan rasanya dari mulut."

Keunggulan lain dari telur murre adalah tebal kulit telurnya. Burung itu telah berevolusi untuk meletakkan telurnya di atas batu yang keras sehingga membuat telur itu sulit dihancurkan dalam perjalanan pulang yang bergejolak. Selain itu, karena murre adalah burung laut yang makan ikan, telurnya akan seperti paduan telur ayam dan ikan.

Para pencari telur pertama yang berhasil mencapai kepulauan tersebut saat musim telur, berhasil mengumpulkan banyak telur tanpa harus melawan geng saingan, pembunuh, atau polisi. Satu-satunya masalah yang mereka hadapi adalah permukaan tebing mematikan yang licin akibat air laut dan kotoran burung.

Mereka mendapat untung besar yang menggelikan dari ekspedisi tahun pertama itu, dan yang lain segera mengetahui gagasan itu. Di sinilah ceritanya menjadi konyol.

Baca Juga: Pertama Kalinya, Ilmuwan Temukan Fosil Telur Berisi Bayi Dinosaurus