Bagaimana Hubungan Sains dan Agama?

By , Selasa, 29 Juli 2014 | 13:10 WIB

Kecaman kelompok ateis terhadap kunjungan Paus ke Inggris pada pertengahan September 2010 menggarisbawahi perbedaan antara agama dan ilmu pengetahuan yang sudah berlangsung lama.

Selama ratusan tahun para pemikir yang mendukung agama dan ilmu pengetahuan berusaha menyatukan kedua hal ini, kata Dr Thomas Dixon penulis buku Ilmu Pengetahuan dan Agama: Sebuah Pendahuluan Pendek dan pengajar sejarah di Universitas London.

Pernyataan Profesor Stephen Hawking pada Agustus 2010 bahwa fisika tidak memerlukan agama menjadi berita besar.

Buku barunya The Grand Design menggunakan Teori-M untuk menyatakan hukum fisika menciptakan alam semesta tanpa bantuan.

Ledakan Besar tidak memerlukan picuan supernatural. Big Bang bisa terjadi begitu saja, selama berkali-kali tanpa henti di alam semesta, sama seperti lilin pada kue ulang tahun yang tidak bisa ditiup mati.

Jadi apakah penolakan Profesor Hawking tentang Tuhan hanyalah salah satu contoh konflik yang sudah berlangsung lama antara agama dan ilmu pengetahuan?

Apakah sejarah mengisyaratkan kedua usaha besar manusia ini akan selalu berbenturan? Tidak selalu.

Banyak terjadi bentrokan antara keyakinan dan ilmu pengetahuan, yang paling terkenal kemungkinan adalah kecaman Galileo terhadap aksi agama Katolik menghukum kelompok sesat di Roma pada tahun 1633. 

Stephen Hawking (Wikimedia Commons)
!break!

Hukuman dan ajaran sesat

Saat itu pengetahuan umum, ilmu pengetahuan dan Gereja memandang Bumi adalah pusat alam semesta. Tetapi lewat hasil pengamatan dengan menggunakan teleskopnya Galileo menyatakan Bumi berputar mengelilingi Matahari.

Menurut sejumlah legenda, Galileo dipenjara dan bahkan disiksa gereja Katolik.

Semua hal ini sebenarnya tidak terjadi, tetapi dia memang dituduh menentang agama, dikenai tahanan rumah, dipaksa menyatakan dirinya dikutuk dan menentang "kesalahan dan kesesatan" karya ilmu pengetahuannya.

Gereja kemudian mengakui kesalahan pandangannya dengan mencabut karya Galileo dari indeks buku-buku terlarang meskipun baru dilakukan pada abad 19.