Delusi Capgras adalah yang paling sering dari DMS. Meski begitu, sangat jarang. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh rumah sakit jiwa di Turki, hanya 1,3% dari 920 pasien yang dirawat selama lima tahun menderita delusi ini.
Sindrom Capgras tidak terjadi dalam isolasi. Ini mungkin merupakan gejala penyakit mental yang lebih luas, seperti gangguan spektrum skizofrenia, gangguan skizoafektif, dan gangguan afektif bipolar.
Delusi capgras juga terlihat pada pasien yang menderita masalah neurologis, seperti strok, tumor otak, epilepsi, dan demensia.
Baca Juga: Sindrom Mayat Berjalan, Ketika Seseorang Berpikir bahwa Ia Sudah Meninggal
Ilmu Saraf di Balik Sindrom Capgras
Dalam makalah aslinya, Capgras menyebutkan bahwa pasiennya tidak kesulitan mengingat wajah orang-orang yang dekat dengannya, seperti putrinya dan suaminya, yang dia yakini telah digantikan oleh penipu. Namun, komponen keakraban yang tampaknya telah hilang. Mademoiselle M. tidak bisa lagi menjalin hubungan keakraban di antara wajah-wajah keluarganya yang dikenal.
Pengamatan Capgras akan berakhir kurang lebih sejalan dengan hasil studi otak yang dilakukan pada pasien yang menderita delusi ini.
Kenal atau tidaknya suatu wajah dapat dideteksi oleh respons emosional kita terhadap wajah tersebut, yang pada saat yang tepat dapat dihitung dengan metode yang dikenal sebagai Respon Konduktansi Kulit.
Telapak tangan kita dipenuhi kelenjar keringat yang bisa membuat itu terasa lembap, terutama saat kita gugup, seperti sebelum memberikan presentasi kelas. Namun mengapa kelenjar keringat di telapak tangan kita aktif saat kita merasa gugup? Ini karena sistem saraf simpatik (SSS), yang mengaktifkannya selama situasi "maju atau mundur" untuk mendinginkan tubuh kita.
Karena respons "maju atau mundur" adalah reaksi emosional terhadap rasa takut yang meningkatkan produksi keringat kita, reaksi emosional kita terhadap wajah yang dikenal juga dikendalikan oleh SSS, yang mengaktifkan kelenjar keringat di telapak tangan kita.
Respon Konduktansi Kulit diukur dengan menempelkan elektroda ke telapak tangan kita yang menghantarkan tegangan konstan yang kecil. Ketika telapak tangan kita berkeringat karena rangsangan emosional, perubahan tegangan (jika Anda ingat, air garam meningkatkan konduktansi) dapat dideteksi. Perubahan ini berbanding lurus dengan reaksi emosional kita.
Meskipun mekanisme di balik delusi Capgras tidak sepenuhnya diketahui, teori menunjukkan disfungsi di area otak yang bertanggung jawab atas fungsi yang terganggu pada pasien dengan sindrom Capgras.
Karena pasien tidak dapat menemukan hubungan emosional dengan wajah kerabat mereka, pemutusan hubungan telah dilakukan pada lobus temporal otak (terlibat dalam pemrosesan informasi yang berkaitan dengan wajah) dan sistem limbik otak (terlibat dalam pemrosesan emosi).
Delusi juga sangat berkorelasi dengan kurangnya fungsi eksekutif yang diamati pada pasien yang menderita penyakit neuropsikiatri. Orang dengan disfungsi eksekutif berjuang untuk melakukan tugas-tugas normal, seperti perencanaan, mengatur waktu mereka, memecahkan masalah, dan bahkan mengoreksi keyakinan yang salah ketika disajikan dengan bukti. Semua aktivitas ini berhubungan dengan lobus frontal otak. Oleh karena itu, hipotesis menunjukkan pemutusan antara lobus frontal dan daerah lain di otak, pemutusan yang membuat pasien tidak dapat memperbaiki delusi mereka.