Nationalgeographic.co.id - Angin matahari adalah aliran partikel bermuatan yang dilepaskan dari Matahari. Magnetosfer, gelembung yang diciptakan oleh medan magnet Bumi, melindungi Bumi dari radiasi matahari dan partikel kosmis serta erosi atmosfer oleh angin matahari. Energi dari angin matahari yang berinteraksi dengan 'gelembung' magnetosfer di sekitar Bumi menciptakan gelombang energi yang tampak berhenti.
Temuan baru oleh ilmuwan Imperial College London yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications pada 6 Oktober 2021 yang berjudul Magnetopause ripples going against the flow form azimuthally stationary surface waves, telah meningkatkan pemahaman kita tentang kondisi di sekitar Bumi yang berkontribusi pada 'cuaca luar angkasa', yang dapat memengaruhi teknologi kita dari satelit komunikasi di orbit hingga saluran listrik di darat.
Ketika angin matahari mengenai magnetosfer, gelombang energi ditransfer di sepanjang batas antara keduanya. Para ilmuwan mengira gelombang harusnya beriak ke arah angin matahari, tetapi menurut hasil studi baru tersebut, mengungkapkan beberapa gelombang melakukan hal yang sebaliknya.
Sebelumnya, peneliti utama Dr. Martin Archer, dari Departemen Fisika di Imperial, dan rekan-rekannya menetapkan batas magnetosfer bergetar seperti drum. Ketika pulsa seperti stik drum dari angin matahari menghantam bagian paling depan gelembung magnetosfer kita, gelombang berlomba menuju kutub magnet Bumi dan dipantulkan kembali.
Baca Juga: Ketika Matahari 'Bersin', Maka Satu Kota di Bumi pun Akan Lumpuh
Untuk penelitian ini, para ilmuwan menggunakan kombinasi model dan pengamatan dari satelit Time History of Events and Macroscale Interactions while Substorms (THEMIS) NASA. Dengan menggunakan model, mereka dapat mengilustrasikan bagaimana energi angin yang datang dari Matahari dan gelombang yang melawannya dapat saling meniadakan, menciptakan 'gelombang berdiri' yang melibatkan banyak energi tetapi tampaknya tidak menuju ke mana-mana.
Ini menciptakan gelombang berdiri dengan banyak energi. Para ilmuwan menemukan bahwa ketika pulsa angin matahari menghantam magnetosfer, gelombang yang terbentuk tidak hanya berpacu bolak-balik di sepanjang garis medan Bumi, tetapi juga bergerak melawan angin matahari.
Dilansir dari Tech Explorist, penulis utama Dr. Martin Archer dari Departemen Fisika di Imperial, mengatakan, “Ini mirip dengan apa yang terjadi jika Anda mencoba menaiki eskalator ke bawah. Ini akan terlihat seperti Anda tidak bergerak sama sekali, meskipun Anda berusaha keras.”
Ia pun menambahkan dalam penjelasannya, “Gelombang berdiri ini dapat bertahan lebih lama daripada yang bergerak dengan angin matahari. Itu berarti mereka ada lebih lama untuk mempercepat partikel di ruang dekat Bumi, yang mengarah ke dampak potensial di daerah seperti sabuk radiasi Bumi, aurora, atau ionosfer.
Para ilmuwan juga mendengarkan suara gelombang yang melintasi batas magnetosfer. Mereka menerjemahkan sinyal elektromagnetik dari satelit THEMIS ke dalam audio.
Baca Juga: Foto Terbaru dari Antariksa Tunjukkan Dua Fenomena Menakjubkan di Atmosfer Bumi
“Sementara dalam simulasi kita dapat melihat apa yang terjadi di mana-mana, satelit hanya dapat mengukur gelombang-gelombang ini di mana mereka berada, hanya memberi kita deret waktu, garis-garis bergoyang. Jenis data ini paling cocok untuk indra pendengaran kita daripada penglihatan, jadi mendengarkan data sering kali dapat memberi kita ide yang lebih intuitif tentang apa yang sedang terjadi,” ujar Archer.
“Anda dapat mendengar suara napas dalam dari gelombang permukaan yang berdiri terus-menerus, volumenya meningkat saat setiap denyut nadi menghantam. Suara bernada lebih tinggi, terkait dengan jenis gelombang lain, tidak bertahan lama,” tegas Archer.
Para peneliti juga mengatakan bahwa gelombang berdiri dapat juga terjadi di tempat lain di alam semesta ini, mulai dari magnetosfer planet lain hingga di pinggiran lubang hitam.