Setelah Sekian Lama Melanda Dunia, Malaria Akhirnya Memiliki Vaksin

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 10 Oktober 2021 | 08:00 WIB
Setelah sekian lamanya malaria menjadi penyakit, akhirnya kita mempunyai vaksin pertama kalinya di dunia. (Guschenkova/Getty Images/iStockphoto)

Laporan uji coba ini bisa dilihat di The New England Journal of Medicine, terbit 9 September lalu.

Tahun lalu, sebuah studi di PLOS Medicine berjudul Estimated impact of RTS,S/AS01 malaria vaccine allocation strategies in sub-Saharan Africa: A modelling study, memperkirakan bahwa bila vaksin dapat disebarkan ke semua negara dengan tingkat malaria tertinggi, dapat mencegah 5,4 juta kasus dan 23.000 kematian pada anak balita setiap tahunnya.

Malaria sebagai penyakit parasit yang dibawa oleh nyamuk memang menjadi musuh berbahaya bagi manusia, karena bisa terjangkit pada seseorang lebih dari sekali. Bila tingkat penyakitnya tidak fatal, serangan berulang pada tubuh seseorang bisa mengubah sistem kekebalan secara permanen, menjadi lemah, dan lebih rentan terhadap patogen lain.

Baca Juga: Penduduk Tanjung Verde Punya Evolusi Kekebalan Tubuh Tercepat di Dunia

Malaria adalah penyakit parasit yang dibawa nyamuk. (Lutfi Fauziah)

Pengembangan vaksin malaria sudah lama dilakukan, tetapi tidak pernah berhasil melewati uji klinis. Namun lewat vaksin baru ini, kemanjuran sederhana membawa perkembangan terbaik memerangi penyakit dalam beberapa dekade.

"Kemajuan melawan malaria benar-benar terhenti selama lima atau enam tahun terakhir, terutama di beberapa negara yang paling parah terkena dampak di dunia," kata Ashley Birkett, kepala program malaria di PATH, sebuah organisasi nirlaba untuk kesehatan global.

Birkett melanjutkan, vaksin baru ini berpotensi yang sangat signifikan di negara yang membutuhkan.

Mengutip dari laman WHO, pekan ini kelompok ahli independen di bidang malaria, ahli epidemiologi dan statistik hesehatan anak, serta kelompok penasihat vaksin, akan mengadakan pertemuan untuk meninjau data dari program percontohan untuk membuat rekomendasi resmi pada Direktur Jenderal WHO Terdros Adhanom Ghebreyesus.

"Kami masih memiliki jalan yang sangat panjang untuk dilalui, tetapi ini adalah langkah panjang di jalan itu," kata Tedros pada konferensi pers Rabu kemarin.