Setelah Sekian Lama Melanda Dunia, Malaria Akhirnya Memiliki Vaksin

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 10 Oktober 2021 | 08:00 WIB
Setelah sekian lamanya malaria menjadi penyakit, akhirnya kita mempunyai vaksin pertama kalinya di dunia. (Guschenkova/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Di saat vaksin untuk pagebluk COVID-19 telah dibuat, didistribusikan secara cepat, dan ditinjau lebih lanjut untuk jangka panjang, para ilmuwan akhirnya menciptakan vaksin untuk melawan penyakit menular tertua dan mematikan: malaria.

Vaksin tersebut dibuat oleh GlaxoSmithKline. Mekanismenya dibuat untuk meningkatkan sistem kekebalan anak untuk melawan Plasmodium flaciparum—salah satu dari lima patogen malaria yang mematikan dan paling umum di Afrika.

Dalam kabar terbaru dari laman WHO hari Rabu (06/10/2021), vaksin malaria telah mendapatkan pengesahan, dan menjadi langkah pertama dalam proses untuk didistribusikan secara luas pada negara-negara miskin.

Sementara, negara maju bukan menjadi fokus pemberian vaksin karena rendahnya kasus. Penyebaran di negara maju mayoritas disebabkan pulangnya warga negara mereka melancong negara-negara yang menghadapi pagebluk.

Baca Juga: Ilmuwan Mencoba Mencegah Malaria dengan Rekayasa Genetik Nyamuk

Rencananya vaksin bernama Mosquirix ini diberikan dalam tiga dosis pada anak usia 4 dan 17 bulan, dan dosis keempat pada 18 bulan kemudian. Vaksin ini telah diuji klinis di Kenya, Malawi, dan Gana. Diperkirakan dari 2,3 juta dosis akan diberikan pada tiga negara ini untuk menjangkau lebih dari 800.000 anak.

Pimpinan proyek vaksin malaria WHO Mary Hamel memprediksi, vaksin akan meningkatkan presentase anak-anak terlindungi dari malaria lewat berbagai cara lebih dari 90 persen.

"Kemampuan untuk mengurangi ketidaksetaraan dalam akses ke pencegahan malaria—itu penting," ujarnya, dikutip dari the New York Times. "Sangat mengesankan melihat bahwa ini dapat menjangkau anak-anak yang saat ini tidak dilindungi."

Vaksin Mosquirix juga diyakini ampuh untuk menghadapi penyakit parasit apa pun. Apa lagi, pengembangan vaksin ini juga telah berlangsung selama sekitar 100 tahun lamanya.

Baca Juga: Ilmuwan Pelajari Sel Kekebalan Nyamuk, Mengapa Bisa Kebal Parasit?

"Ini adalah lompatan besar dari perspektif sains untuk memiliki vaksin generasi pertama melawan parasit manusia," kata Pedro Alonso, direktur program malaria global di WHO.

Pengujian vaksin baru-baru ini dijalankan dengan kombinasi obat pencegahan, yang diberikan pada anak-anak pada periode penularan tertinggi. Cara ini menjadi pendekatan ganda yang lebih efeketif untuk mencegah penyakit parah, perawatan inap, dan kematian, daripada sekadar satu metode saja.

Laporan uji coba ini bisa dilihat di The New England Journal of Medicine, terbit 9 September lalu.

Tahun lalu, sebuah studi di PLOS Medicine berjudul Estimated impact of RTS,S/AS01 malaria vaccine allocation strategies in sub-Saharan Africa: A modelling study, memperkirakan bahwa bila vaksin dapat disebarkan ke semua negara dengan tingkat malaria tertinggi, dapat mencegah 5,4 juta kasus dan 23.000 kematian pada anak balita setiap tahunnya.

Malaria sebagai penyakit parasit yang dibawa oleh nyamuk memang menjadi musuh berbahaya bagi manusia, karena bisa terjangkit pada seseorang lebih dari sekali. Bila tingkat penyakitnya tidak fatal, serangan berulang pada tubuh seseorang bisa mengubah sistem kekebalan secara permanen, menjadi lemah, dan lebih rentan terhadap patogen lain.

Baca Juga: Penduduk Tanjung Verde Punya Evolusi Kekebalan Tubuh Tercepat di Dunia

Malaria adalah penyakit parasit yang dibawa nyamuk. (Lutfi Fauziah)

Pengembangan vaksin malaria sudah lama dilakukan, tetapi tidak pernah berhasil melewati uji klinis. Namun lewat vaksin baru ini, kemanjuran sederhana membawa perkembangan terbaik memerangi penyakit dalam beberapa dekade.

"Kemajuan melawan malaria benar-benar terhenti selama lima atau enam tahun terakhir, terutama di beberapa negara yang paling parah terkena dampak di dunia," kata Ashley Birkett, kepala program malaria di PATH, sebuah organisasi nirlaba untuk kesehatan global.

Birkett melanjutkan, vaksin baru ini berpotensi yang sangat signifikan di negara yang membutuhkan.

Mengutip dari laman WHO, pekan ini kelompok ahli independen di bidang malaria, ahli epidemiologi dan statistik hesehatan anak, serta kelompok penasihat vaksin, akan mengadakan pertemuan untuk meninjau data dari program percontohan untuk membuat rekomendasi resmi pada Direktur Jenderal WHO Terdros Adhanom Ghebreyesus.

"Kami masih memiliki jalan yang sangat panjang untuk dilalui, tetapi ini adalah langkah panjang di jalan itu," kata Tedros pada konferensi pers Rabu kemarin.