Sebelum Digemari Pria, Sejarah Industri Rokok Menargetkan Para Wanita

By Galih Pranata, Jumat, 15 Oktober 2021 | 14:00 WIB
Dame Gladys Cooper, bersama rokoknya dalam memerankan tokoh Eva, pada filmnya berjudul The Girls of Gottenberg. (Bassano/Rotary Photographic )

Brandt menggambarkan bahwa iklan-iklan tersebut menggambarkan foto-foto wanita glamor, dengan foto wanita yang melakukan tugas-tugas duniawi seperti mencuci pakaian atau pekerjaan rumah tangga.

Dengan pemasaran bertarget gender, termasuk kemasan dan slogan "lebih ramping" dan "lebih ringan", serta promosi perempuan merokok di film dan acara TV populer, industri rokok mampu meningkatkan persentase perempuan untuk merokok.

"Menargetkan perempuan sangat efektif," imbuh Brandt. Hanya enam tahun setelah pengenalan Virginia Slims dan kampanye bertarget perempuan lainnya, tingkat merokok anak perempuan berusia 12 tahun meningkat sebesar 110%.

Baca Juga: Sejak Kapan Manusia Merokok? Ini Bukti Tertua Penggunaan Tembakau

Kita tidak membutuhkan pengingat betapa buruknya merokok bagi kesehatan fisik, lingkungan, dan keadilan sosial. Lalu mengapa, wanita selalu terlihat sangat keren saat merokok di poster-poster tempo dulu? (Public Domain)

"Kenyataannya, bagaimanapun rokok membuat ketagihan. Merokok menyebabkan penyakit dan kematian, bukan gaya hidup sehat," tulis J.P Pierce bersama timnya. Ia menggambarkan propaganda industri rokok yang sebenarnya berdampak buruk pada kesehatan.

Mereka menulisnya dalam Journal of the American Medical Association (JAMA), berjudul Smoking initiation by adolescent girls, 1944 through 1988. An association with targeted advertising, publikasi tahun 1994.

"Namun, Philip Morris terus mempromosikan Virginia Slims dengan pesan kampanye palsu yang sama, tentang kesuksesan, keindahan, dan kemandirian yang mereka miliki selama lebih dari empat dekade," tambahnya.

Baca Juga: Perempuan-perempuan yang Memegang Rahasia Mutu Tembakau Deli