"Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah di Timur Tengah, banyak berdiri akademi, sekolah tinggi dan sekolah biasa yang memenuhi Baghdad," tulisnya. Dua diantaranya yang terpenting adalah perguruan Nizhamiyya dan Mustansiriya.
"Perguruan Nizhamiyyah, didirikan oleh Nizham Al-Mulk, wazir Sultan Seljuk, pada abad ke-5 H atau sekitar tahun 1065 M, dan perguruan Mustansiriyah, didirikan dua abad kemudian oleh Khalifah Al-Mustanshir Billah," imbuhnya.
"Universitas itu telah bertahan selama berabad-abad, melalui beragam perang, banjir dan pemugaran kembali arsitektur," tulis Sarah Zuhair. Sayangnya, uang yang telah dialokasikan untuk restorasi Mustansiriya telah hilang.
"Kontraktor gedung diduga meminta pembayaran lebih besar untuk banyak pekerja daripada anggaran untuk merostorasi proyek Mustansiriya," lanjutnya. Mustansiriya harus terlibat dalam kisruhnya birokrasi politik Irak.
Baca Juga: Selidik Jalur Rempah, Jaringan Dagang dan Dakwah Islam di Nusantara
Perpustakaannya dipenuhi dengan buku-buku tentang setiap disiplin ilmu dan merupakan yang terlengkap dibanding dengan universitas pendahulunya. "Bukunya lengkap, mulai dari kedokteran hingga matematika, serta yurisprudensi Islam atau Al-Ahkam Al-Islamiyya," sambungnya.
"Identitas sebagai sekolah Islam di Baghdad tentunya memiliki studi Islam khusus. Terdapat studi khusus tentang pengetahuan Islam. Pembagian itu meliputi Dar al-Qur'an dan Dar al-Hadits," tulis Nabila A. Dawood.
Ia menulis tentang studi dan sistem kependidikan di Mustansiriya kepada Muslim Heritage, dalam artikelnya yang berjudul Scholarly Traditions of the Schools in Baghdad: The Mustansiria as a Model, dipublikasikan pada tahun 2015.
Dar al-Qur'an, atau Rumah Al-Qur'an, didedikasikan untuk mempelajari dan membaca Al-Qur'an. Ada seorang qari yang ditunjuk untuk mengajarkan Al-Qur'an untuk membantu para siswa. Dar al-Hadits didedikasikan untuk mempelajari ucapan dan tradisi yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Arab Saudi dari Zaman Es ke Dunia Moderen Kini