Nationalgeographic.co.id—Madrasah Al-Mustansiriya atau sekolah Mustansiriya, didirikan pada tahun 1227 (atau 1232/34 M menurut beberapa catatan) oleh Khalifah Abbasiyah Al-Mustansir. Ia merupakan salah satu universitas tertua di dunia.
Bangunannya, di tepi kiri Sungai Tigris, merupakan bagian yang terselamatkan dari invasi Mongol tahun 1258 dan kini telah dipugar. "Pemusnahan secara luas dan penaklukan, dilakukan oleh bangsa Mongol di seluruh Timur Tengah, menyebabkan tahap pertama transformasi pada komplek tersebut," tulis Sarah Zuhair.
Ia menuliskan sejarah dari Madrasah Al-Mustansiriya kepada Scoop Empire, dalam artikelnya berjudul The History Behind Baghdad’s Oldest University; Al Mustansiriya, dipublikasikan pada tahun 2019.
"Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah di Timur Tengah, banyak berdiri akademi, sekolah tinggi dan sekolah biasa yang memenuhi Baghdad," tulisnya. Dua diantaranya yang terpenting adalah perguruan Nizhamiyya dan Mustansiriya.
"Perguruan Nizhamiyyah, didirikan oleh Nizham Al-Mulk, wazir Sultan Seljuk, pada abad ke-5 H atau sekitar tahun 1065 M, dan perguruan Mustansiriyah, didirikan dua abad kemudian oleh Khalifah Al-Mustanshir Billah," imbuhnya.
"Universitas itu telah bertahan selama berabad-abad, melalui beragam perang, banjir dan pemugaran kembali arsitektur," tulis Sarah Zuhair. Sayangnya, uang yang telah dialokasikan untuk restorasi Mustansiriya telah hilang.
"Kontraktor gedung diduga meminta pembayaran lebih besar untuk banyak pekerja daripada anggaran untuk merostorasi proyek Mustansiriya," lanjutnya. Mustansiriya harus terlibat dalam kisruhnya birokrasi politik Irak.
Baca Juga: Selidik Jalur Rempah, Jaringan Dagang dan Dakwah Islam di Nusantara
Perpustakaannya dipenuhi dengan buku-buku tentang setiap disiplin ilmu dan merupakan yang terlengkap dibanding dengan universitas pendahulunya. "Bukunya lengkap, mulai dari kedokteran hingga matematika, serta yurisprudensi Islam atau Al-Ahkam Al-Islamiyya," sambungnya.
"Identitas sebagai sekolah Islam di Baghdad tentunya memiliki studi Islam khusus. Terdapat studi khusus tentang pengetahuan Islam. Pembagian itu meliputi Dar al-Qur'an dan Dar al-Hadits," tulis Nabila A. Dawood.
Ia menulis tentang studi dan sistem kependidikan di Mustansiriya kepada Muslim Heritage, dalam artikelnya yang berjudul Scholarly Traditions of the Schools in Baghdad: The Mustansiria as a Model, dipublikasikan pada tahun 2015.
Dar al-Qur'an, atau Rumah Al-Qur'an, didedikasikan untuk mempelajari dan membaca Al-Qur'an. Ada seorang qari yang ditunjuk untuk mengajarkan Al-Qur'an untuk membantu para siswa. Dar al-Hadits didedikasikan untuk mempelajari ucapan dan tradisi yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Arab Saudi dari Zaman Es ke Dunia Moderen Kini
"Selain para siswa, ada tiga puluh anak yatim piatu yang ditampung di kompleks Universitas tersebut. Semua siswa, termasuk anak yatim. Mereka diberi ilmu serta uang, roti, dan sup setiap belajar disana," tulisnya.
Selain itu, dalam dunia kedokteran, Al-Mustansiriya juga mendirikan Fakultas Kedokteran. Fakultas Kedokteran dipimpin oleh seorang dokter Muslim senior yang mempekerjakan sepuluh siswa untuknya.
"Ada juga rumah sakit yang terletak di lingkungan Madrasah, memungkinkan mahasiswa kedokteran untuk belajar dan praktek kedokteran secara langsung, dengan bimbingan para dokter Muslim senior," tambahnya.
"Identitas keilmuan mulai terbentuk, dan metodologinya mulai ditentukan. Untuk setiap bidang studi, terdapat metodologi yang ditentukan dan kurikulum yang disusun berdasarkan topik fundamental yang dirumuskan," tulis Nabila A. Dawood.
Baca Juga: Kota Berusia 4.000 Tahun dari Era Babilonia Kuno Ditemukan di Irak
"Para administrator pendidikannya, merumuskan dasar metodologis untuk penelitian ilmiah, orang-orang merevisi buku-buku tentang riwayat Nabi, dan menyusun karya-karya komprehensif," tulisnya.
Nabila A. Dawood juga menjelaskan bahwa pada tahun 1973, Madrasah Mustansiriya mulai diawasi oleh Direktorat Purbakala di Irak. Sejak saat itu, kompleks tersebut telah dalam kondisi rekonstruksi yang konsisten.
Sebagai hasil dari rekonstruksi dan konservasi kompleks ini, Madrasah Mustansiriya masih memainkan peran penting di Baghdad karena Madrasah tersebut sekarang menjadi bagian dari Universitas Al-Mustansiriya yang dikenal hari ini.
"Ia merupakan monumen terpenting dalam sejarah ilmu pengetahuan dalam membangun peradaban di Baghdad atau irak, bagaimana jika Irak kehilangannya dan sejumlah ilmu di dalamnya?," pungkas Sarah Zuhair dalam tulisannya.
Baca Juga: Arkeologi Eridu di Irak, Inilah Taman Eden dan Kota Tertua Sejagat