Nationalgeographic.co.id –Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlaku sejak 11 Januari 2021 hingga saat ini, perlahan membuahkan hasil.
Kabar baik tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting. Ia menyebut, angka positivity rate nasional terpantau berada di bawah 2 persen.
Adapun tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) berada di bawah 10 persen.
PPKM, kata Alexander, bisa dikatakan berhasil karena adanya kolaborasi bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian, berbagai kebijakan terkait pembatasan kegiatan pun perlahan mulai dilonggarkan.
Baca Juga: Di Amerika, Banyak Penderita Kanker Payudara Menggunakan Ganja
“Pembukaan kegiatan yang kita lakukan adalah kelonggaran yang terkendali,” kata Alexander dalam keterangan resmi, Rabu (13/10/2021).
Kendati demikian, Alexander mengingatkan agar masyarakat tidak lengah dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes). Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak lupa mengikuti program vaksinasi pemerintah.
“Protokol kesehatan menjadi bagian dari kehidupan kita, sampai pandemi kelak dicabut,” ungkapnya.
Di samping mengajak masyarakat untuk tetap disiplin prokes, pemerintah juga terus melakukan percepatan testing, tracing, dan treatment (3T) serta vaksinasi di lapangan.
Baca Juga: Kenapa Upil di Hidung Tak Ada Habisnya, Muncul Lagi dan Lagi?
“Selain 3T, masih ada tugas untuk meningkatkan cakupan vaksinasi agar tidak ada yang tertinggal, termasuk kaum disabilitas dan lansia,” tuturnya.
Guna mencegah kontak erat atau kluster keluarga, Alexander menyebut, pemerintah kini menggunakan sistem isolasi terpusat untuk kebutuhan karantina. Dengan demikian, transmisi penularan di lingkungan keluarga dapat terputus.
Namun, ia tetap mengingatkan agar berbagai aparat masyarakat tetap siaga agar tidak terjadi lonjakan kasus ketiga.
“Kendati kondisi membaik, pemerintah, rumah sakit, posko PPKM, pusat isolasi, semua pihak harus tetap siaga dan bekerja bersama agar tidak terjadi lonjakan kasus,” tandasnya.
Baca Juga: Tiga Hal yang Salah Tentang Pelayaran Christopher Columbus ke Amerika
Kolaborasi antar perangkat negara
Senada dengan Alexander, Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengaku bahwa masyarakat mulai terlena dengan pencapaian yang ada. Menurutnya, prestasi tersebut tidak akan bertahan jika masyarakat kembali abai dengan prokes.
“Salah satu tantangan kita saat ini adalah euforia masyarakat terhadap kelonggaran dan penurunan level. Kerja kita belum selesai, sehingga semua upaya 3M, 3T, vaksinasi harus terus dilakukan, termasuk edukasi kepada masyarakat,” ujar Jeje.
Seiring dengan pembukaan kegiatan masyarakat, Jeje menjelaskan bahwa pihaknya terus memberikan undangan vaksinasi sekaligus memperkuat testing di lokasi yang rentan dengan keramaian.
Untuk lokasi wisata, Jeje memastikan bahwa setiap wisatawan dan pelaku wisata telah divaksinasi. Pihaknya juga mengatur agar tidak terjadi kerumuman dan menerapkan disiplin masker.
Baca Juga: 150 Tahun Sebelum Colombus, Pelaut Italia Sudah Mengetahui Amerika
“Selain ketentuan tersebut, kami juga melakukan pendekatan bersama dengan tokoh agama dan tenaga kesehatan. Ini bertujuan agar warga terbebas dari pemahaman yang keliru tentang vaksinasi,” kata Jeje.
Sementara itu, Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Lia G. Partakusuma menyatakan, pihaknya selalu menginstruksikan kepada setiap rumah sakit agar terus siaga.
Hal ini mencakup menyiapkan tempat tidur untuk pasien Covid-19, serta melakukan pemisahan antara pasien terinfeksi dan pasien biasa.
“Mulai September dan awal Oktober, kami membuka layanan untuk pasien non-Covid-19 yang sudah cukup lama menunggu. Tugas berat untuk memisahkan alur pasien, agar pasien non-Covid-19 ini aman, sehingga ada ketentuan ketat untuk skrining di rumah sakit,” papar Lia.
Baca Juga: Bagaimana Jika Cabai Terpedas di Dunia, Masuk ke Tubuh Manusia?
Ia menuturkan, perkembangan virus corona masih sangat dinamis. Karena itu, upaya menemukan varian mutasi virus pun terus dilakukan, terutama ketika ditemukan gejala klinis yang berbeda.
“Jangan euforia karena merasa sudah divaksin dan Covid-19 di Indonesia terkendali. Belajar dari negara tetangga, terjadinya lonjakan kasus harus selalu diwaspadai,” tegasnya.