Golden Ratio, Hitungan yang Menjadi Patokan Universal untuk Keindahan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 19 Oktober 2021 | 16:00 WIB
Tangga Bramante di Museum Vatican, dan foto ini diambil secara ini proporsional, atau mengikuti golden ratio yang dianggap indah bagi di mata kita. (Faungg/Flickr)

Salah satu yang bertanggung jawab menentukan keindahan harus simetris adalah Luca Pacioli, ahli matematika Republik Florence abad ke-15. Dia mencetuskan teori Proporsi Ilahi dengan angka 1,6180339... yang sebenarnya telah membuat matematikawan terpaku sejak masa yang lebih lama.

Lebih jauh lagi, Pythagoras dan Euclid di Yunani kuno telah memahami rasio sederhana ini dan sifat-sifatnya. Bahkan Leonardo da Vinci yang sezaman dengan Pacioli juga terus memahami angka ini, karena banyak diterapkan dalam bidang geometri.

Moustafa Gadalla, seorang insinyur yang menjabat sebagai direktur di Tehuti Research Foundation, menulis dalam The Ancient Egyptian Metaphysical Architecturegolden ratio dianggap sakral oleh orang Mesir kuno. Sehingga penting bagi mereka untuk membangun kuil dan piramida sebagai tempat orang mati, harus menggunakan rasio suci ini.

Baca Juga: Keindahan Ilustrasi Virus Corona Bisa Menjeremuskan Persepsi Kita

Piramida mencadi tengara dunia yang sangat proporsional. Orang Mesir kuno menganggap golden ratio yang proporsi sebagai sesuatu yang suci. (Jimpix/Getty Images)

Mario Livio, astrofisikawan lewat bukunya yang mendapat penghargaan International Pythagoras Prize, berjudul The Golden Ratio: The Story of PHI, the World's Most Astonishing Number menulis:

"Tapi daya tarik dengan Golden Ratio tidak terbatas hanya pada matematikawan. Ahli biologi, seniman, musisi, sejarawan, arsitek, psikolog, dan bahkan mistikus telah merenungkan dan memperdebatkan dasar keberadaan dan daya tariknya."

"Bahkan mungkin adil untuk mengatakan bahwa Golden Ratio telah mengilhami para pemikir dari semua disiplin ilmu yang tidak sama dalam sejarah matematika."

Istilah Golden Ratio bahkan muncul dan menjadi tegas sebagai hukum keindahan universal oleh seorang psikolog, bukan matematikawan. Psikolog itu adalah Adolf Zeising yang menulis lewat esainya tahun 1854 yang diarsip Österreichische Nationalbibliothek.

Baca Juga: Menyusuri Keindahan Wilayah Para Dewa di Taman Nasional Kirishima-Kinkowan