Kegunaannya masih dipertahankan hingga kini, termasuk menentukan standar ketampanan atau kecantikan seseorang seperti Gigi Hadid dan Robert Pattinson, yang dianggap patokan ideal.
Anjan Chatterjee, seorang ahli neurologi Perelman School of Medicine at the University of Pennsylvania, mengungkap bahwa keindahan yang disukai manusia berdasarkan pemahaman para ilmuwan, cenderung pada geometri persegi empat.
Alasannya karena manusia memang menyukai persegi empat, yang dianggap sebagai bentuk gambar terbaik untuk dicerna mata dan diproses otak.
Banyak para ilmuwan, seperti Byung Mook Weon dari University of Science and Technology, Korea Selatan di jurnal Scientific Reports, percaya bahwa bentuk simetris segi empat berhubungan dengan sistem bertahan hidup.
Baca Juga: Mengubah Sisi Gelap Industri Kecantikan Lewat Kecantikan Berkelanjutan
Hal itu termasuk kondisi genetik dan lingkungan yang kita hadapi selama berevolusi. Bentuk ini berdasarkan kebiasaan leluhur manusia bertahan hidup dengan pengawasan mata secara horizontal. Cara bertahan itu mulai dari arah kiri ke kanan untuk mengawasi, atau mencari bentuk layak untuk bersembunyi dari predator.
"Saat orang mencoba mempelajari secara langsung, tidak begitu jelas apakah semua orang sesuai dengan [standar] persegi empat," terang Chatterjee dalam Vox.
Komposisi dan bentuk sebagai cara bertahan hidup juga diperkuat oleh survei yang dilakukan Vitaly Komar dan Alexander Melamid, lewat laporan survei mereka tahun 1997. Laporan berjudul Painting by Numbers: Komar and Melamid's Scientific Guide to Art mencoba menggambarkan bagaimana suasana pemandangan yang diinginkan orang yang tinggal di berbagai negara.
Baca Juga: Pramusaji Cantik dapat Pengaruhi Persepsi Pengunjung Restoran, Benarkah?
Hasilnya memiliki sedikit perbedaan terhadap tata letak, komposisi, bentuk sekitar, dan fungsi. Semua merujuk pada usaha untuk mempertahankan hidup.
Proporsional golden ratio, baik berdasarkan bidang segi empat atau lingkaran, dianggap sebagai suatu yang suci atau ilahi, dan bahkan ada yang percaya sebagai pitnu menuju pemahaman yang lebih tinggi, seperti keindahan dan spiritualitas hidup.
Meski banyak peradaban yang menganggap demikian, lantas apakah bentuk keindahan harus dibentuk dalam proporsi emas saja? Nyatanya, manusia tidak menganggap keindahan selalu berhubungan dengan perkara yang bisa dihitungkan, atau untuk bertahan hidup.
Melainkan keindahan sebagai bentuk kesenangan semata, subjektif, dan abstrak. Pendapat ini diungkap oleh beberapa ahli yag National Geographic Indonesia sajikan lewat artikel 28 Mei 2021.
Baca Juga: Charles Darwin Ungkap Bagaimana 'Kecantikan' Dapat Terbentuk