Mengenal Susan Goldberg, Perempuan Pertama yang Memimpin Ruang Redaksi National Geographic

By , Selasa, 23 September 2014 | 07:15 WIB

Di sela perbincangan dengan rekan-rekan pengelola, saya mencoba berkenalan dengan Susan. Buat saya, ini adalah perjumpaan pertama dan dapat mengobrol secara intens—sekalipun dengan waktu terbatas.

Siapa sih  yang tak bangga saat punya kesempatan berbincang dengan pemimpin redaksi dari sebuah majalah yang memiliki 40 dialek lokal di seluruh dunia itu.

Lagipula menjadi orang nomor satu untuk menangani ruang redaksi majalah berusia 126 tahun itu bukanlah perkara mudah. Apalagi, Susan mendobrak kebiasaan Kotak Kuning yang biasanya memilih Sang Editor dengan pengalaman fotografi yang kuat. (Tidak usah heran lah, majalah ini memang mengutamakan penyajian visual nan rancak, selain kekuatan penuturan cerita yang mengasyikkan).

!break!

Saya mengangsurkan kartu nama, sekaligus menyapanya.

"Susan, saya dari National Geographic Indonesia. Ini kartu nama saya."

"Oh, hai. Wah, senangnya Anda bisa datang ke sini, ya. Saya senang bisa berjumpa dengan Anda."

Sebelum saya melanjutkan basa-basi berikutnya. Ia lebih dulu bertanya. "Anda sudah pernah ke DC sebelumnya?"

Saya menggeleng. "Ini pengalaman pertama saya di sini."

Susan pun tersenyum.

Sebelum ia kembali bertanya. Saya tak mau kalah, seolah ingin menguji wartawan senior ini, sekelumit pertanyaan terlontar.

Saya menanyakan sekelumit kisahnya sebelum bergabung dengan National Geographic pada Januari 2014. Ia mulai berkisah tentang dirinya.

!break!

Sebagai wartawan (terutama wartawan harian/berita), perempuan pemegang ijazah program jurnalistik dari Michigan State University ini sudah kenyang asam garam.