Mengenal Susan Goldberg, Perempuan Pertama yang Memimpin Ruang Redaksi National Geographic

By , Selasa, 23 September 2014 | 07:15 WIB

Saat liburan musim panas, di sela kuliah jurnalistiknya, ia mendapatkan kesempatan magang sebagai reporter di Seattle Post-Intelligencer selama delapan minggu. Jelang berakhir masa magangnya, ia dapat tawaran dari pemimpin redaksi harian itu, "Kenapa kamu tidak bekerja di sini?"

Setelah berdiskusi dengan ayahnya, Susan terima tawaran itu. Padahal, ia belum lagi kelar kuliah. Pada akhirnya, Susan berhasil lulus dengan mengambil kelas malam hari.

Karir Susan meningkat saat ia pindah ke Detroit Free Press. Ia bekerja sebagai reporter, sekaligus penyunting di tempat itu. Selama rentang 1989 – 1999, perempuan yang pernah tercatat sebagai president of the American Society of News Editors (2012 – 2013) ini menjabat wakil redaktur pelaksana di harian USA Today.

Dari situ, ia pindah ke koran San Jose Mercury News sebagai redaktur pelaksana. Pada 2003 – 2007, Susan mendapatkan promosi menjadi editor eksekutif di harian yang sama. Sebelum berkarir di Bloomberg News, Susan tercatat sebagai pemimpin redaksi harian The Plain Dealer, koran terbesar di Ohio (2007 – 2010).

!break!

Awal tahun ini, Susan seperti memberikan kado kepada instusinya, Bloomberg News: menanggalkan jabatan executive editor dan berpamitan kepada seluruh koleganya. Ia mengirimkan surat elektronik yang menyatakan perpisahan itu dan seterusnya ia memilih berkarir di Majalah National Geographic sebagai executive editor.

Rupanya, jabatan itu tak lama disandangnya. Gary Knell, CEO National Geographic Society dan Chris Johns telah menyiapkan sebuah rencana: Susan ditunjuk sebagai Editor-in-Chief pada April 2014.

Hal ini merupakan bagian dari restrukturisasi dari Gary sejak menduduki posisi tertinggi di lembaga non profit yang berusia 126 tahun itu pada Januari 2014.

Menurut Susan, dalam jabatannya kini, dirinya harus menjembatani dan merancang berita yang disampaikan melalui media digital (situs web) dengan majalah yang terbit bulanan.

Dalam sebuah topik tertentu, kata Susan, National Geographic harus tetap menjadi terdepan dalam penyampaian berita harian, yang disiarkan melalui digital dan pembaca pun mendapatkan penuturan yang mendalam (visual dan cerita) melalui majalah bulanan.

Salah satu contohnya, kisah kecelakaan sherpa dalam pendakian Gunung Everest yang terjadi pada tahun ini. Dalam edisi mendatang, National Geographic akan menurunkan kisah yang mendalam soal ini dalam majalah bulanan, sementara perkembangan kabar kecelakaan (yang juga diulas secara mendalam) telah terbit melalui situs web. 

Sebagai orang yang terlahir dalam dunia media cetak, upaya Susan memelajari perilaku audiens dunia digital patut diacungi jempol. Ia rajin berkicau melalui akun twitter pribadinya (@susanbgoldberg) yang menginformasi kabar dari lapangan—sebagaimana laporan para penulis National Geographic. Selain itu, kisah para fotografer yang unik.

Dan, ini sekaligus membuktikan bagaimana media digital dan media cetak dapat saling melengkapi dan menyajikan kekhasannya masing-masing—bukannya membunuh demi arogansi.

Susan pun adalah sosok yang menyenangkan dan berdiskusi hangat dengan kami—yang datang dari berbagai latar belakang budaya.