Dari sana, raksasa merah runtuh ke dalam dirinya sendiri, menyusut menjadi katai putih. Hasilnya adalah inti panas dan padat seukuran Bumi yang memiliki setengah massa matahari asli. Karena bintang-bintang "mati" ini tidak lagi mengandung bahan bakar nuklir yang terpancar terang ke kosmos, mereka sangat sulit ditemukan di luar angkasa.
Para peneliti menggunakan sistem optik Keck Observatory dan Near-Infrared Camera (NIRC2) untuk mendapatkan gambar resolusi tinggi dari tata surya jauh ini. Mereka menemukan bahwa katai putih itu sekitar 60 persen lebih besar dari Matahari kita. Planetnya yang masih hidup adalah dunia gas raksasa (seperti Jupiter dan Saturnus) yang sekitar 40 persen lebih besar dari Jupiter.
Baca Juga: Misteri Fisika Berabad-abad Terkait Tiga Benda Akhirnya Terpecahkan
Tim juga mengesampingkan kemungkinan bahwa planet ini mengitari lubang hitam atau bintang katai coklat. Artinya, mereka yakin ini adalah katai putih dan bisa menjadi gambaran masa depan tata surya kita.
"Kami juga dapat mengesampingkan kemungkinan bintang neutron atau inang lubang hitam. Ini berarti planet ini mengorbit bintang mati, katai putih," jelas Jean-Philippe Beaulieu, ilmuwan astrofisika di University of Tasmania yang juga menjadi penulis dalam studi ini.
"Ini menawarkan gambaran sekilas tentang seperti apa tata surya kita setelah hilangnya Bumi, yang dilenyapkan dalam bencana kehancuran Matahari kita."
Baca Juga: WASP-76b: Planet Ekstrem yang Memiliki Suhu Tinggi seperti Neraka