Teka-teki Sandro, Jaguar Malang yang Tewas di Kawasan Konservasi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 22 Oktober 2021 | 19:00 WIB
Jaguar tersebar luas di Brasil. Tapi keberadaannya terancam punah karena pembukaan lahan oleh aktivitas manusia. (Science News)

Dalam laporan IUCN, jaguar terasuk dalam daftar merah spesies yang hampir terancam punah, karena populasinya yang terus menurun. Laporan itu menyebut, populasinya yang menurun disebabkan meningkatnya penggundulan hutan akibat aktivitas manusia seperti peternakan, kayu dan kertas, serta perkebunan.

Karena kehilangan habitat atau terpecahnya populasi yang membuatnya terisolasi, jaguar sulit berkembang biak. Csemak menjelaskan, pemecahan populasi membuat jaguar sulit mendapatkan mangsa, dan memutuskan menerkam hewan peternakan. Tapi apa yang mereka dapat, justru peternak mencari cara untuk membalas serangan mereka.

"Tidak banyak yang bisa kita lakukan," Renato Raizer, salah satu anggota kelompok Reprocon yang memasang kalung pelacak pada Sandro dan menemukan tubuhnya. "Jika Anda memiliki peternakan kecil, mungkin Anda bisa membangun kandang, menggembala ternak Anda di malam hari."

Baca Juga: Ilmuwan: Hutan Amazon Bisa Menjadi Pusat Pandemi Virus Selanjutnya

Otter Pass, salah satu titik dalam hutan konservasi di Pantanal Brasil. Di sinilah Sandro ditemukan tewas. Warna coklat adalah area penyebaran jaguar di benua Amerika. (National Geographic)

"Tetapi, apa yang Anda lakukan jika memiliki 1.000, 2.000, 15.000, 80.000 ekor sapi? Anda hanya cari kerugian."

5 Agustus 2021, hampir dua bulan setelah penemuan bangkai Sandro, polisi merilis surat perintah penggeledahan peternakan setempat. Tapi tidak ditemukan adanya hewan mati atau yang membuktikan adanya pestisida yang mengandung karbofuran di peternakan tersebut. Kepolisian hanya menyita ponsel dari pengelola peternakan dan penyewa yang dianggap sebagai tersangka utama.

Sementara dua karyawan yang juga menjadi tersangka tidak bisa digeledah, karena sudah pindah untuk bekerja pada pertanian lain, di daerah yang lebih terpencil di Pantanal yang sulit dijangkau kepolisian.

Salah satu penyelidik kepolisian Claudinei Santin menerangkan, kejadian ini menjadi peringatan bagi peternakan lain di sekitar sini. Membunuh hewan yang terancam punah, mengimpornya, dan menggunakan zat beracun yang dilarang, dapat digabungkan menjadi hukuman sampai lima tahun penjara.

"Kesulitan terbesar yang kami miliki [menyelidiki jenis kasus ini] terkait dengan jarak, luasnya, isolasi, dan akses yang sulit ke peternakan di wilayah tersebut," katanya. "Dan Anda dapat melihat dalam kasus ini, satu-satunya cara kami dapat menemukan keracunan dan kematian hewan-hewan ini adalah karena satu jaguar yang sedang dipantau dengan kalung pelacak GPS."

Ya, kalung pelacak pada hewan tidak hanya sekadar menjadi bahan pembelajaran penyebaran hewan. Tetapi juga menjadi bukti penyelidikan kejahatan, dan ancaman bagi para peternak yang suka meracuni jaguar.

Baca Juga: Penemuan Mengejutkan, Amazon Sudah Jadi Sumber Pencemar Udara di Dunia