Teka-teki Sandro, Jaguar Malang yang Tewas di Kawasan Konservasi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 22 Oktober 2021 | 19:00 WIB
Jaguar tersebar luas di Brasil. Tapi keberadaannya terancam punah karena pembukaan lahan oleh aktivitas manusia. (Science News)

Nationalgeographic.co.id—Sandro, seekor jaguar di kawasan hutan Pantanal Brasil (Otter Pass), ditemukan tewas pada bulan Juni oleh para peneliti Reproduction 4 Conservation (Reprocon). Jaguar malang itu sudah dipantau tak bergerak sebelumnya oleh mereka sejak bulan Mei.

Hutan lebat yang luas dan pendanaan, membuat para peneliti baru menemukan bangkai Sandro sebulan setelah pelacakkan. Ketika ditemukan di lapangan, mereka menemukan sesuatu yang menjadi sumber kematiannya yang hasilnya mengejutkan.

Pihak Reprocon tidak hanya melacak Sandro saja, tetapi semua jaguar yang ada di hutan tropis itu. Selama perjalanan menuju tempat sinyal kalung GPS milik Sandro terhenti, mereka menemukan jaguar lain yang tidak dipantau juga mati di padang rerumputan, yang berada tepat di salah satu peternakan sapi di wilayah itu.

Jaguar yang mati itu berada 50 meter dari bangkai Sandro. Sedang Sandro sendiri ditemukan tewas dengan kalung pelacak yang masih utuh. Ganjilnya, tidak ada tanda tubuh di kedua jaguar itu, seperti berkelahi atau luka tembak.

"Ini adalah dua jaguar, dua hewan yang sehat, mati begitu dekat satu sama lain," terang Antoni Carlos Csemak Jr., seorang dokter hewan dan peneliti di Reprocon pada National Geographic. "Saat itulah kami mulai menduga mereka mati diracuni."

Csemark dan tim telah lama mengetahui bahwa para peternak sekitar frustasi dengan kehadiran jaguar. Para jaguar kerap datang untuk membunuh ternak mereka, sehingga menggunakan pestisida untuk mengakhiri masalah tersebut.

Saat mereka tahu ternaknya ada yang mati, mereka menutupinya dengan racun tersebut dan mengira jaguar akan kembali untuk terus memakannya. Padahal sudah lama para ilmuwan memperingati untuk melarang penggunaan pestisida karena memiliki bahan aktif yang disebut kabrofuran yang bisa meracuni saraf.

Baca Juga: Kartografi yang Mengungkap Misteri Kehidupan dan Perilaku Satwa Liar

Pestisida memiliki bahan beracun yang bisa menyerang saraf satwa. Beberapa negara seperti Brasil, sudah melarang penggunaannya. (Thinkstockphoto)

Brasil sendiri sudah melarang penggunaannya, bersama negara-negara besar lainnya seperti Kanada, Australia, dan Tiongkok. Berdasarkan laporan kepolisian yang berwenang, racun itu masuk ke Brasil lewat perbatasan ilegal di Patanal Brasil dengan Paraguay dan Bolivia. Namun, itu semua baru dugaan karena tidak ada bukti yang kuat sampai sekarang.

Tiga hari setelah ditemukan, kepolisian federal dan pihak Brazilian Institute of Environment and Renewable Natural Resources (IBAMA), menulusur titik-titik GPS terakhir di mana Sandro menghabiskan waktu untuk mencari makan. Pihak IBAMA sendiri sebelumnya juga telah memberlakukan undang-undang dan perjanjian lingkungan federal, demi keberlangsungan hidup satwa liar.

Telusuran mereka mengungkap bahwa sekitar 98 meter dari jaguar pertama yang ditemukan Csemak dan tim, ditemukan bangkai sapi. Di sekitarnya juga ada hewan tewas lainnya yaitu, 14 burung nasar, dua burung pemangsa carcara (Crested caracara), dan satu rubah pemakan kepiting.

Baca Juga: Suku Maya Menjadikan Puma dan Jaguar Sebagai Hewan Peliharaan

Habitatnya yang menyempit membuat jaguar harus pandai mencari makan. (Zika Zakiya)

Benarkah penyebab kematian Sandro adalah pestisida? IBAMA dan kepolisian menyelidiki sampel jaringan tubuhnya. Penanganan ini adalah penyelidikan jaguar pertama kali di Pantanal oleh kedua lembaga berwenang tersebut.

Analisis sampel jaringan Sandro dan jaguar lainnya yang mati itu masih berlangsung. Meski kepolisian federal mengatakan tes tidak mungkin bisa mendeteksi karbofuran ditemukan karena tingkat dekomposisi  hewan saat ditemukan, mereka yakin bahwa hewan malang itu diracuni.

"Karena serangga mati yang ditemukan pada bangkai sapi dan penyebaran hewan mati ada di lokasi—semakin kecil hewannya, semakin dekat kematiannya dengan bangkai sapi—tim forensik polisi federal menyimpulkan bahwa hewan-hewan itu mati karena keracunan menyantap bangkai," terang pihak kepolisian federal dalam rilis.

Dalam laporan IUCN, jaguar terasuk dalam daftar merah spesies yang hampir terancam punah, karena populasinya yang terus menurun. Laporan itu menyebut, populasinya yang menurun disebabkan meningkatnya penggundulan hutan akibat aktivitas manusia seperti peternakan, kayu dan kertas, serta perkebunan.

Karena kehilangan habitat atau terpecahnya populasi yang membuatnya terisolasi, jaguar sulit berkembang biak. Csemak menjelaskan, pemecahan populasi membuat jaguar sulit mendapatkan mangsa, dan memutuskan menerkam hewan peternakan. Tapi apa yang mereka dapat, justru peternak mencari cara untuk membalas serangan mereka.

"Tidak banyak yang bisa kita lakukan," Renato Raizer, salah satu anggota kelompok Reprocon yang memasang kalung pelacak pada Sandro dan menemukan tubuhnya. "Jika Anda memiliki peternakan kecil, mungkin Anda bisa membangun kandang, menggembala ternak Anda di malam hari."

Baca Juga: Ilmuwan: Hutan Amazon Bisa Menjadi Pusat Pandemi Virus Selanjutnya

Otter Pass, salah satu titik dalam hutan konservasi di Pantanal Brasil. Di sinilah Sandro ditemukan tewas. Warna coklat adalah area penyebaran jaguar di benua Amerika. (National Geographic)

"Tetapi, apa yang Anda lakukan jika memiliki 1.000, 2.000, 15.000, 80.000 ekor sapi? Anda hanya cari kerugian."

5 Agustus 2021, hampir dua bulan setelah penemuan bangkai Sandro, polisi merilis surat perintah penggeledahan peternakan setempat. Tapi tidak ditemukan adanya hewan mati atau yang membuktikan adanya pestisida yang mengandung karbofuran di peternakan tersebut. Kepolisian hanya menyita ponsel dari pengelola peternakan dan penyewa yang dianggap sebagai tersangka utama.

Sementara dua karyawan yang juga menjadi tersangka tidak bisa digeledah, karena sudah pindah untuk bekerja pada pertanian lain, di daerah yang lebih terpencil di Pantanal yang sulit dijangkau kepolisian.

Salah satu penyelidik kepolisian Claudinei Santin menerangkan, kejadian ini menjadi peringatan bagi peternakan lain di sekitar sini. Membunuh hewan yang terancam punah, mengimpornya, dan menggunakan zat beracun yang dilarang, dapat digabungkan menjadi hukuman sampai lima tahun penjara.

"Kesulitan terbesar yang kami miliki [menyelidiki jenis kasus ini] terkait dengan jarak, luasnya, isolasi, dan akses yang sulit ke peternakan di wilayah tersebut," katanya. "Dan Anda dapat melihat dalam kasus ini, satu-satunya cara kami dapat menemukan keracunan dan kematian hewan-hewan ini adalah karena satu jaguar yang sedang dipantau dengan kalung pelacak GPS."

Ya, kalung pelacak pada hewan tidak hanya sekadar menjadi bahan pembelajaran penyebaran hewan. Tetapi juga menjadi bukti penyelidikan kejahatan, dan ancaman bagi para peternak yang suka meracuni jaguar.

Baca Juga: Penemuan Mengejutkan, Amazon Sudah Jadi Sumber Pencemar Udara di Dunia