Bee Gees: Disambut Para Pemuja Disko, Disepelekan Pemuja Antidisko

By Fikri Muhammad, Senin, 18 Oktober 2021 | 10:00 WIB
Kakak tertua, Gibb berusaha mengingat pengalaman lengkap Bee Gees. Sayang rekan satu band sekaligus saudara yang lebih muda, Robin dan Maurice tidak ada lagi di sini untuk cerita. Maurice meninggal pada 2003 setelah komplikasi dari operasi dan Robin meninggal pada 2012 karena kanker. (VULTURE)

Nationalgeographic.co.id—Pembukaan film Saturday Night Fever adalah kekuatan budaya dengan iringan lagu Staying Alive oleh trio Gibb bersaudara. Setelan jas, lantai dansa yang menyala, dan John Travolta yang bergerak satu pinggul terangkat bersama jari telunjuk mengarah ke surga. Bee Gees menjadi, dan tetap identik dengan popularitas utama disko pada akhir 1977. 

Tapi soal bakat dan pengaruh mereka jauh lebih besar ketimbang citra sebagai raja disko. Seperti yang ditunjukkan oleh film dokumenter HBO, The Bee Gees: How Can You Mend a Broken Heart

Kakak tertua, Gibb berusaha mengingat pengalaman lengkap Bee Gees. Sayang rekan satu band sekaligus saudara yang lebih muda, Robin dan Maurice tidak ada lagi di sini untuk cerita. Maurice meninggal pada 2003 setelah komplikasi dari operasi dan Robin meninggal pada 2012 karena kanker. 

Akan tetapi, penggambaran Bee Gees yang menjadi simbol disko tak bisa dilewatkan dari How Can You Mend a Broken Heart. Seperti ingatan Gibbs dan para musisi, produser, insinyur yang berkolaborasi, lagu-lagu baru untuk soundtrack Saturday Night Fever direkam di Château d'Hérouville di Prancis. Tak terduga, bagaimanapun kelahiran lagu-lagu disko mereka seperti Stayin Alive, Night Fever, How Deep Is Your Love, dan More Than a Woman terjadi di sebuah perkebunan kumuh di luar Prancis. Jauh dari diskotik Brooklyn yang sering dikunjungi Travolta dalam film. 

Film dokumenter ini juga dengan cerman mencatat bahwa disko itu sendiri lahir sebelum Bee Gees dengan Saturday Night Fever.

Pada akhir 1970-an, musik Gibb bersaudara ada di mana-mana. Pada 1979 adalah waktu mereka melakukan tur stadion tapi mereka tidak menyadari reaksi anti-disko saat itu sedang dibangun. 

Saat itu muncul acara Disco Demolition Night yang dipromosikan oleh Steve Dahl, seorang disc jockey yang memopulerkan slogan "Disco Sucks".  Dahl meledakkan tumpukkan piringan hitam disko yang memicu amukkan penonton. Vince Lawrence, yang bekerja sebagai pengantar di Comiskey Park malam itu yang kemudian menjadi produser musik rumahan menggambarkan peristiwa itu sebagai "pembakaran buku yang rasis".

Baca Juga: Apa Itu Musik Dansa Disko, Bagaimana Asal Mula Terbentuknya?

Bee Gees, sekitar 1971. Grup musik yang terdiri atas tiga bersaudara: Barry, Robin, dan Maurice Gibb. Puncak kejayaan mereka yang pertama berlangsung dari akhir tahun 1960-an hingga awal tahun 1970-an sebagai trio yang 'soft rock'. Puncak kejayaan yang kedua berlangsung pada akhir tahun 1970-an sebagai band beraliran disko. (Public Domain)

Bee Gees menyelesaikan tur mereka di tengah ancaman bom, stasiun radio berpaling dari musik dansa dan menghindari Bee Gees.

"Kami hanya grup pop, kami bukan kekuatan politik," kata Barry Gibb yang defensif pada sebuah rekaman televisi saat itu. "Kami hanya membuat musik, dan saya rasa tidak ada alasan untuk mengabaikan kami karena kami ada di tahun 70-an dan kami ingin ada di tahun 80-an."

Menghindari sorotan, Gibb bersaudara bertahan sebagai penulis lagu dan produser. Suara lama Bee Gees dengan balada midtempo yang merdu, harmoni vokal yang tinggi, dan progresi akord yang khas muncul di lagu-lagu mereka untuk orang lain. Termasuk Woman in Love Barbara Streisand dan Heartbreaker Dionne Warwick. 

Di era penycuian paskadisko, Bee Gees pun masih menjadi pembuat hit. Mereka kembali dengan lebih sederhana, membuat album sampai masuk ke Rock & Roll Hall of Fame, tapi tidak sampai 1997. Kenangan Gibb yang mengharukan bahwa ia tidak lagi bersama saudara-saudaranya sekarang. 

"Sejujurnya saya tidak bisa menerima kenyataan bahwa mereka tidak ada di sini lagi. Saya tidak pernah bisa melakukan itu. Saya lebih suka mereka semua kembali ke sini dan tidak ada hit sama sekali," kata Gibb di dokumenter.

 Baca Juga: Apa Salah Musik-Musik Barat Seperti The Beatles di Telinga Sukarno?