para ilmuwan mengamati pecahan aneh dalam komposisi meteorit yang telah mencapai Bumi. Batuan luar angkasa ini awalnya terbentuk pada waktu dan lokasi yang berbeda saat tata surya mulai terbentuk. Pecahan-pecahan yang telah dianalisis menunjukkan salah satu dari dua kombinasi isotop. Jarang ditemukan meteorit yang menunjukkan keduanya, sebuah teka-teki yang dikenal sebagai "dikotomi isotop".
Para ilmuwan telah mengusulkan bahwa dikotomi ini mungkin merupakan hasil dari celah di piringan tata surya awal. Tapi celah seperti itu belum dikonfirmasi secara langsung sebelumnya.
Pada penelitian ini, para ilmuwan menganalisis meteorit untuk mencari tanda-tanda medan magnet kuno. Saat sistem planet muda terbentuk, ia membawa serta medan magnet, yang kekuatan dan arahnya dapat berubah tergantung pada berbagai proses di dalam cakram yang berkembang. Saat debu purba berkumpul menjadi butiran yang dikenal sebagai chondrules, elektron di dalam chondrules selaras dengan medan magnet di mana mereka terbentuk.
Baca Juga: 42 Asteroid Terbesar di Tata Surya Kita Berhasil Dicitrakan Astronom
Chondrules bisa lebih kecil dari diameter rambut manusia, dan ditemukan di meteorit hari ini. Pada penelitian ini, para ilmuwan mengkhususkan diri dalam mengukur chondrules untuk mengidentifikasi medan magnet kuno di mana mereka awalnya terbentuk.
Benjamin Weiss, profesor of planetary sciences in MIT's Department of Earth, Atmospheric, and Planetary Sciences (EAPS) kepada MIT News mengatakan, selama dekade terakhir, pengamatan telah menunjukan bahwa rongga, celah dan cincin biasa terjadi pada cakram di sekitar bintang muda lainnya.
"Ini adalah tanda-tanda penting tetapi kurang dipahami dari proses fisik di mana gas dan debu berubah menjadi matahari dan planet-planet muda," kata Weiss.
Baca Juga: Berkat Bintang Ini, Teka-teki Pembentukan Tata Surya Terungkap