Gelar Konferensi, Aceh Datangkan Pakar Tsunami Sedunia

By , Sabtu, 11 Oktober 2014 | 21:00 WIB

Pakar bencana dari dua kampus terkemuka, Universitas Syiah Kuala Aceh dan Universitas Hawaii di Amerika Serikat menjadi salah satu tim panelis kunci konferensi pakar tsunami dunia yang berlangsung di Banda Aceh pekan depan.

Beberapa agenda pra-konferensi telah berlangsung, delegasi sejumlah negara membahas khusus penguatan kemitraan antarlembaga, kerjasama riset dan evaluasi pascabencana, terutama terkait tsunami di Indonesia.

Kepala Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Kebencanaan (TDRM) Unsyiah Dr Khairul Munadi mengatakan hari Jumat di Banda Aceh (10/10), temu pakar tsunami sedunia masuk dalam rangkaian kegiatan induk, peringatan 10 tahun tsunami yang diprakarasai oleh Unsyiah dan mitra, pemerintah Aceh dan didukung sepenuhnya oleh pemerintah pusat.

“Terkait tsunami, kita (Unsyiah) bermitra dengan University of Hawaii. Banyak peserta dari dunia internasional,” papar Khairul.

Pakar tsunami seluruh dunia, tambah Khairul akan membahas khusus proses pemulihan pascabencana tsunami multiaspek, menyorot capaian-capaian yang dihasilkan, tantangan dan sejumlah rekomendasi yang diharapkan berguna menjadi model dan modul bagi negara yang rentan tsunami di seluruh dunia.

Khairul mengatakan, “Temu pakar (fokus) melakukan evaluasi terhadap program pemulihan, evaluasi proses pemulihan kembali selama lebih sepuluh tahun. Kita bahas beberapa sektor terkait dengan masa pemulihan. Diantaranya, sektor pemulihan ekonomi, infrastruktur fisik dan pemulihan sektor pendidikan.”

Annual International Expo on Sumatra Tsunami Disaster and Recovery (AIWEST-DR) 2014 menjadi tajuk Konferesi Temu Pakar Tsunami dalam rangka peringatan 10 tahun tsunami Aceh pekan depan, berlangsung tanggal 22 hingga 24 Oktober 2014. Acara dibuka Gubernur Aceh dihadiri sejumlah pejabat pusat dan diplomat asing di Indonesia. Lebih seribu partisipasan dijadwalkan akan hadir dalam konferensi.

Kalangan peneliti mengatakan, temu pakar tsunami dunia pekan depan diharapkan akan menjadi sarana saling bertukar pengetahuan, memberi kontribusi lebih besar bagi penyempurnaan sejumlah program terkait penanganan bencana, terutama terkait tsunami, seperti yang pernah melanda Aceh maupun di wilayah lain di dunia.

Salah seorang peniliti Aceh Faisal Ilyas yang cukup tertarik mengembangkan program-program pengurangan resiko kebencanaan berbasis sekolah mengatakan, “Pola yang sama juga, program siaga bencana lewat pendidikan,fokusnya sekolah menengah lanjutan pertama, (SMP) . Ada even besar tahun ini terkait 10 tahun tsunami. Teman-teman peneliti sering ke Aceh melakukan penelitian berbagai aktivitas, baik sosial, infrastruktur, teramsuk keaifan lokal di Aceh mengenai bencana.”

Pengetahuan mengenai tsunami dan bencana oleh pemerintah Aceh mulai dimasukkan kedalam kurikulum sekolah-sekolah dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

!break!
Pengunjung melintas depan Gedung Museum Tsunami Aceh, Banda Aceh. Selain berisi informasi tentang gempa dan tsunami, museum berlantai empat dengan arsitektur modern yang dibangun tahun 2007 tersebut juga diperuntukkan sebagai tempat evakuasi. | M Anshar/Serambi Indonesia

Beberapa pakar dengan dukungan otoritas lokal telah merintis beberapa sekolah model, berupa program sekolah siaga bencana yang dibentuk di wilayah barat dan selatan provinsi, terutama di Pulau Simeulue, Banda Aceh, Aceh Besar, dan Calang Aceh Jaya, wilayah-wilayah yang berada di tepian Samudera Indonesia yang dinilai rawan tsunami di provinsi Aceh.

Sementara, pengurus Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh Suburhan Pagan mengatakan, beberapa inisiasi pendidikan kebencanaan berbasis masyarakat masih berlangsung hingga kini di wilayah pantai barat provinsi Aceh.

Suburhan mengatakan, PMI dan Palang Merah AS (American Red Cross) merintis modul khusus dan memperkuat kapasitas warga desa model setempat, menjadi desa siaga bencana.