Lika-liku Geliat Pasar Santa di Kalangan Anak Muda Kita

By , Minggu, 30 November 2014 | 11:30 WIB

Sebelum membuka usaha di Pasar Santa, Samson hanya menjual di online dan memilih Pasar Santa karena aksesnya mudah, “saya rasa kalau jual barang hobi di mana saja bisa, saya sudah dua tahun memulai usaha ini di online sebelum di sini,” ujar Samson.

Ia berharap para penjual diberi kenyamanan sehingga membuat para penjual menjadi semangat. Juga akan lebih banyak orang yang mendengar piringan hitam.

Gayobies Kopi

Ratdiana Mahaga pemilik Goyobie Kopi karena mengolah biji kopi milik keluarga di Takengon, Aceh Tengah yang sudah berumur lebih dari 90 tahun. Alasan memilih menjual kopi tidak hanya ingin menjual kopi dalam bentuk mentah dan ingin dalam bentuk minuman.

Di Gayobies ada kopi andalan yang paling banyak disukai pengunjung yakni hazelnut kopi, dan espresso.

Dian mengaku memilih Pasar Santa karena biaya sewa murah dan memutuskan memulai usaha 3 bulan lalu. Ia berharap ada pasar lain yang dikelola seperti Pasar Santa agar dian bisa membuka usaha di pasar-pasar lain.

!break!

Legoh

Salah satu kuliner makanan yang harus dicoba saat di Pasar Santa adalah Legoh. Leon (40) pemilik legoh mengatakan ini adalahnya cabang dan awal usaha di Bandung sudah 10 tahun. Leon baru tiga minggu ia di Pasar Santa dan berharap pasar bukanlah hal yang menakutkan dan Pasar Santa sudah menaikkan derajat pasar.

Leon mengaku jika membeli bahan makan harus di Pasar Santa karena semuanya harus saling membantu agar penjual bahan pokok di basement tidak tersisih.

Lalu bagaimana dengan pedagang di basement?

Haryanto (40) pedagang rempa dan bumbu-bumbu masakan sudah mulai merasa dampak keramaian dari pasar santa. Yanto mengaku bahwa pemasukannya kini jauh bertambah.

“karena sekarang sudah ramai jadi pemasukan bertambah. Banyak orang baru yang datang ke bawah untuk belanja,” ujar Yanto.

Yanto berharap Pasar Santa akan terus mempertahankan keramaian yang saat ini.

Berbeda dengan Yanto, seorang penjual sayuran Hj, Iroh (45) merasakan penjualannya berkurang. Ia menjelaskan karena pelanggannya susah untuk mendapatkan tempat parkir sehingga orang-orang menjadi malas untuk datang.

“Ya karena parkiran susah, semuanya jadi penuh karena orang-orang datangnya ke lantai satu. Sekarang juga BBM sudah naik semuanya menjadi mahal,” ujar Hj. Iroh.

Ia mengaku lebih menyukai Pasar Santa yang sepeti dulu dan berharap akan pihak pengelolah pasar akan mengatasi masalah parkir.