Lika-liku Geliat Pasar Santa di Kalangan Anak Muda Kita

By , Minggu, 30 November 2014 | 11:30 WIB

Siapa yang tak tahu dengan Pasar Santa? Pasar yang menjadi tempat orang-orang kreatif berwirausaha. Sempat mati suri selama 7 tahun, kini kembali hidup dengan program revitalisasi pasar tradisional.

Dengan adanya 1151 kios, yang aktif berjualan hanya 300. Semua di lantai satu mati suri dan hanya beberapa yang berjualan seperti penjahit, dan pejual alat tulis kantor.

Kepala pengurus Pasar Santa, Bambang Sugiarto mengatakan mati suri Pasar Santa karena lokasi tidak berada di jalan protokol melainkan di tengah, banyaknya pedagang kaki lima, dan adanya supermarket serta mini market yang menjamur.

Akhirnya Bambang harus berpikir lebih keras bagaimana cara menghidupkan pasar santa.

“saya berpikir untuk menghidupkan Pasar Santa harus punya ciri khas. Alhamdulillah mulai masuk beberapa komunitas. Sekarang dari 300 yang aktif sudah menjadi 459,” ujar Bambang di Kantornya (29/11).

Masuknya komunitas seperti komunitas kopi, piringan hitam, teh, dan kuliner membuat Pasar Santa menjadi lebih dikenal bahkan go international.

Peningkatan pengunjung pun ikut drastis. Dulu tidak sampai seribu pengunjung tapi saat ini sudah bisa mencapai 5000 lebih pengunjung di akhir pekan.

Pihak pengurus Pasar Santa akan terus mempertahankan kemajuannya dengan tetap menjaga kebersihan, keamanan, kenyamanan, dan lingkungan yang baik. Serta melakukan perbaikan-perbaikan seperti toilet, lahan parkir, dan sirkulasi udara secara bertahap.

Bambang menambah, akan memikirkan untuk pemasangan wifi jika memang diperlukan.

!break!

Komunitas dan kuliner apa saja di lantai satu?

A Bunch of Caffeine Dealers Coffee (ABCD)

A Bunch of Caffeine Dealers Coffee (ABCD) di Pasar Santa Kebayoran Baru. (Nurul Kusumawardani)

ABCD sudah membuat Pasar Santa kembali hidup. Berawal hanya membuat kantor sebagai tempat rapat dan kumpul-kumpul di Januari 2013.

Diawali oleh Hendry Kurniawan dan Ve Handojo yang bergerak di industri kopi. Hendry seorang trainer dan konsultan yang menjadi orang pertama mendapatkan sertifikat di ASEAN dan menjadi juri di kejuaraan barista dan peramu kopi internasional. Ve mengaku karena networking Hendry internasional, dan kenal semua kejuaraan dunia sehingga sering mendapatkan coffee beans.

ABCD bergerak di specially arabic membuat tempat kumpul para barista-barista yang ingin berkompetisi dan belajar lebih banyak hal tentang kopi.

Ve menilai banyak industri kopi berkembang pesat di Jakarta tapi yang mereka ciptakan adalah kafe lifestyle. “kafe kopi di Jakarta diciptakan untuk kafe lifestyle buka kopi lifestyle. Orang-orang mengaku pencinta kopi tapi sebenarnya hanyalah pecinta kafe,” ujar Ve saat ditemua di Pasar Santa, Sabtu (29/11).

Dengan tidak tereksposnya orang-orang tentang kopi membuat Ve dan Hendry untuk membuka tempat di mana orang-orang dapat belajar tentang kopi, bagaimana tekniknya, dan mengapa harus minum kopi.

“kita memilih Pasar Santa karena harga sewa murah, gampang diakses, dan unik karena di pasar. Lokasi ini sebagai wadah untuk membuka wawasan pecinta kopi di Jakarta,” ungkap Ve.

Saat ini ABCD Coffee menjadi School of Coffee dan sudah memiliki lima kelas untuk kelas praktik dan lecture.

!break!

Laidback Blues Record Store

Laidback Blues, toko piringan hitam di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (Nurul Kusumawardani)

Laidback Blues juga ikut mengambil bagian di Pasar Santa, Samson pemilik toko piringan hitam membuat pasar santa semakin dikenal. Samson memulai usahanya sejak bulan Agustus lalu.

Sebelum membuka usaha di Pasar Santa, Samson hanya menjual di online dan memilih Pasar Santa karena aksesnya mudah, “saya rasa kalau jual barang hobi di mana saja bisa, saya sudah dua tahun memulai usaha ini di online sebelum di sini,” ujar Samson.

Ia berharap para penjual diberi kenyamanan sehingga membuat para penjual menjadi semangat. Juga akan lebih banyak orang yang mendengar piringan hitam.

Gayobies Kopi

Ratdiana Mahaga pemilik Goyobie Kopi karena mengolah biji kopi milik keluarga di Takengon, Aceh Tengah yang sudah berumur lebih dari 90 tahun. Alasan memilih menjual kopi tidak hanya ingin menjual kopi dalam bentuk mentah dan ingin dalam bentuk minuman.

Di Gayobies ada kopi andalan yang paling banyak disukai pengunjung yakni hazelnut kopi, dan espresso.

Dian mengaku memilih Pasar Santa karena biaya sewa murah dan memutuskan memulai usaha 3 bulan lalu. Ia berharap ada pasar lain yang dikelola seperti Pasar Santa agar dian bisa membuka usaha di pasar-pasar lain.

!break!

Legoh

Salah satu kuliner makanan yang harus dicoba saat di Pasar Santa adalah Legoh. Leon (40) pemilik legoh mengatakan ini adalahnya cabang dan awal usaha di Bandung sudah 10 tahun. Leon baru tiga minggu ia di Pasar Santa dan berharap pasar bukanlah hal yang menakutkan dan Pasar Santa sudah menaikkan derajat pasar.

Leon mengaku jika membeli bahan makan harus di Pasar Santa karena semuanya harus saling membantu agar penjual bahan pokok di basement tidak tersisih.

Lalu bagaimana dengan pedagang di basement?

Haryanto (40) pedagang rempa dan bumbu-bumbu masakan sudah mulai merasa dampak keramaian dari pasar santa. Yanto mengaku bahwa pemasukannya kini jauh bertambah.

“karena sekarang sudah ramai jadi pemasukan bertambah. Banyak orang baru yang datang ke bawah untuk belanja,” ujar Yanto.

Yanto berharap Pasar Santa akan terus mempertahankan keramaian yang saat ini.

Berbeda dengan Yanto, seorang penjual sayuran Hj, Iroh (45) merasakan penjualannya berkurang. Ia menjelaskan karena pelanggannya susah untuk mendapatkan tempat parkir sehingga orang-orang menjadi malas untuk datang.

“Ya karena parkiran susah, semuanya jadi penuh karena orang-orang datangnya ke lantai satu. Sekarang juga BBM sudah naik semuanya menjadi mahal,” ujar Hj. Iroh.

Ia mengaku lebih menyukai Pasar Santa yang sepeti dulu dan berharap akan pihak pengelolah pasar akan mengatasi masalah parkir.