Hormuz, Pulau Pelangi di Teluk Persia yang Tanahnya Bisa Dimakan

By Sysilia Tanhati, Selasa, 26 Oktober 2021 | 12:00 WIB
(Lukas Bischoff)

Menurut Dr. Kathryn Goodenough, ahli geologi utama di British Geological Survey, ratusan juta tahun yang lalu, laut dangkal membentuk lapisan garam tebal di sekitar tepi Teluk Persia. Lapisan-lapisan ini secara bertahap bertabrakan dan menyatu dengan sedimen vulkanik yang kaya mineral di daerah tersebut. Inilah yang menyebabkan terbentuknya daratan yang berwarna-warni.

Selama 500 juta tahun terakhir, lapisan garam terkubur dalam-dalam oleh lapisan sedimen vulkanik yang lebih muda. Karena garam mengapung, seiring waktu, garam naik melalui retakan di batuan di atasnya untuk mencapai permukaan dan membentuk kubah garam.

Susunan geologis ini menghasilkan aliran air berwarna kuning, pantai berwarna merah tua, dan gua garam yang mempesona. Faktanya, Hormuz sering disebut "Pulau Pelangi" karena spektrum warna kromatik yang dipancarkannya. Selain warnanya yang memukau, tanah merah tersebut bahkan dapat dikonsumsi.

Pulau Hormuz memiliki gunung yang kaya akan tanah oksida merah, yang disebut “gelack”. Mineral ini tidak hanya berharga untuk keperluan industri, tetapi penduduk setempat menggunakannya sebagai bumbu masakan mereka, seperti saus atau selai. Digunakan sebagai bumbu, gelack memberikan rasa unik pada kari.

Baca Juga: Kisah Cinta Terpendam 1.500 Tahun Pangeran Persia dan Putri Korea

Hormuz dikelilingi oleh pesisir pantai yang memberikan pemandangan lanskap luar biasa dari batuan sedimen dan material vulkanik ribuan warna. (ISMADEIN)

“Tanah merah juga bisa dijadikan saus untuk roti,” jelas Maryam Peykani, salah satu penduduk Hormuz. Saus ini disebut soorakh dan dioleskan di atas roti pipih. Selain untuk kuliner, tanah merah juga digunakan oleh para seniman lokal untuk pewarnaan, kreasi keramik dan kosmetik.

Ada banyak hal lain untuk dijelajahi di Hormuz selain gunung dengan tanah merah. Di bagian barat pulau ini terdapat gunung garam spektakuler yang dikenal sebagai Dewi Garam. Membentang lebih dari satu kilometer, gua pucat berdinding tajam ditutupi oleh kristal garam berkilauan. Kristal garam itu berbentuk seperti tiang raksasa istana marmer.

Penduduk setempat percaya bahwa garam memiliki kekuatan penyembuhan untuk menyerap dan melepaskan energi negatif. Jika Anda mengunjungi gua garam ini, maka lepaslah sepatu saat memasuki kubah. Garam batu diketahui melepaskan energi positif yang sangat besar. Maka tidak heran jika Anda merasa jauh lebih segar setelah mengunjungi lembah ini. Itulah sebabnya mengapa lembah ini juga disebut sebagai Lembah Energi.

Baca Juga: Hashshashin, Pembunuh Terampil Sekte Muslim Rahasia Persia dan Suriah