Jejak Budaya Panji dalam Topeng dan Cerita Lisan Kalimantan Selatan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 30 Oktober 2021 | 09:00 WIB
Sajian empat puluh satu macam yang disediakan dalam mementaskan tari manopeng Banjarmasin. Tari topeng hadir sebagai jejak keberadaan budaya panji di Kalimantan Selatan. (Putri Yunita Permata Kumala Sari)

"Perbedaannya sangat kentara karena tradisi lisan sangat unik karena personilized," terang Sainul. Cerita Panji itu ada pada tutur Lamut dari Gusti Jamhar Akbar.

Kemiripan Cerita Panji dalam Lamut tertera dalam polanya, yang diyakini masuk akibat tradisi sastra dari Jawa dan Melayu. Ciri-ciri cerita Panji di dalamnya seperti seorang tokoh protagonis yang mencari kekasih, hadirnya dewa dalam pengembaraan dan menjadi tempat tokoh protagonis bergantung, penjelmaan dan inkarnasi, pertukaran nama tokoh utama, dan nama dan tempat yang secara jelas menggambarkan cerita Panji.

"Kalau diurutkan [cerita Lamut tuturan Gusti Jamhar] ada dalam Petualangan Pertama tentang Raden Kasan Mandi berpetualang ke Mesir mencari kekasihnya yang selalu datang dalam mimpi, Junjung Masari," dia menerangkan. "Tapi Kasan mandi membawa pulang tiga istri. Junjung Masari juga datang ke mimpi Sultan Aliyudin, sang antagonis siklus cerita."

Cerita Lamut biasanya dibawakan berisi syair-syair yang diiringi alat musik. (Sainul Hermawan)

Baca Juga: Di Balik Cerita Cinta dalam Tradisi Panji yang Selalu Berakhir Bahagia

Siklus berikutnya pada Petualangan Kedua ketika Bujang Maluala anak dari Raden Kasan Mandi berkelana mencari kekasih ke Cina, dan pulang membawa tiga istri.

Pada kedua pola, tokoh protagonis bertarung dengan antagonis. Peran para dewa juga hadir sebagai teman-teman tokoh protagonis, bahkan Lamut dalam cerita ini adalah dewa yang menjelma sebagai manusia yang berikutnya melahirkan raja-raja Banjar.

"Ada banyak penjelmaan dalam pertarungan. Protagonis berbeda-berbeda tapi antagonisnya sama tetapi hanya nama yang berbeda," ungkap Sainul.