"Sangat menyentuh bagi hati nurani kami. Dari awal kami bertekad, bagaimana jenazah ini dilakukan sesuai harkat dan martabat tertingginya sebagai manusia," kata Direktur RSUD Sultan Imanuddin Dr Suyuti Syamsul.
Rumah sakit yang dipimpinnya, pertama kali menerima jenazah dalam jumlah yang banyak. Mengingat terusnya menerima korban insiden jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.
Ia melihat, seluruh pekerja rumah rumah sakit hingga para relawan sangat bersemangat saat menampilkan rasa kemanusiaan yang begitu tinggi. "Mereka tidak pernah mengeluh kelelahan," kata Suyuti di Rumah Sakit Imanuudin, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Minggu (4/1)
Bagi dirinya, peristiwa sebesar ini dianggap pembelajaran yang bagus dalam mengelola Sumber Daya Manusia dengan segala keterbatasan tenaga pekerja yang terbatas untuk memberikan hasil yang maksimal.
"Ini menjadi pembelajaran bagi kami. Situasi seperti ini kami tetap berjaga meskipun libur, hari minggu, dan Tahun Baru kami tetap berjaga di sini selama 24 jam," katanya.
Suyuti menjelaskan pihaknya telah mempersiapkan tanggap darurat persiapan rumah sakit. Sesaat mendengar kabar Minggu (28/12) pesawat AirAsia QZ 8501 hilang kontak di sekitar perairan Laut Jawa.
Ia pun mengumpulkan beberapa divisi, dan kepala ruangan rumah sakit untuk bersiap-siap di kamar jenazah. Hal tersebut ditetapkan status siaga satu Implementasi rencana penanggulangan bencana di rumah sakit.
!break!"Saya sedang menghadiri acara temu keluarga di rumah sakit, pak Bupati memperlihatkan pesan singkat dari Danlanud bahwa ada pesawat AirAsia kemungkinan hilang kontak sekitar sini," ujarnya.
Kendati pihaknya sempat tak mendapat kejelasan apakah rumah sakit yang terletak di Kotawaringin Barat itu akan digunakan atau tidaknya sebagai tempat evakuasi jenazah, "Yang cukup menggangu kami karena tidak jelas," ujarnya.
Pihaknya berusaha menjalin koordinasi dengan seluruh jajaran yang berwewenang di Lanut Iskandar, Pangkalan Bun. Kabar yang diterimanya bahwa jenazah tidak akan dievakuasi ke rumah sakitnya. "Kami turunkan kesiagaan rumah sakit," kata alumni Universitas Hasanuddin ini.
Pada, Selasa (30/12) pihaknya kemudian mendapat informasi bahwa jenazah akan dievakuasi ke rumah sakit itu. Jadi setiap dia mau berangkatkan, itu sudah diberitahukan tolong sediakan untuk menerima jenazah," ya terpaksa kami naikkan status lagi.
Melihat situasi seperti itu, saya panggil lagi kepala devisi, begini aja deh, kami siapkan siaga satu mau di pakai atau tidak di pakai kami tetap siaga satu. Siapkan saja," ucapnya menambahkan.
Selain itu, pada hari yang sama tersebut dirinya juga dihubungi salah satu dari pihak Polda Kalteng, meminjam ruangan di rumah sakit. Dirinya juga dimintai pertolongan menyiapkan segala fasilitas.
Rumah sakit itu, lanjut dia, memiliki tiga orang petugas kamar jenazah. Ditambah lagi, masing-masing kepala devisi, dan ruangan telah menyumbangkan anggotanya.
Sehingga terkumpul sebanyak 40 unit dari masing-masing bidang untuk memperkuat kamar jenazah. Makanya yang berjaga di kamar jenazah itu bukan petugas kamar jenazah, tetapi adalah para perawat rumah sakit.
"Kami punya standar di sini, kalau dua kali jaga malam biasanya kami ada libur ekrta dua hari. Dengan situasi seperti ini libur ekstra kami hilangkan, yang ada ibur siaga semuanya siap dipanggil kapan saja," usai putra asal Sulawesi Selatan itu.
Sedikitnya, sudah 30 jenazah penumpang pesawat AirAsia QZ8501 yang telah diproses tangani di RSUD Sultan Imanuddin. Puluhan jenazah yang sudah dibawa secara terpisah ke Surabaya tersebut, sebelumnya telah dilakukan proses pembusukan hingga pemetian di tempat itu.